ANALISIS FILM “ANTWONE FISHER”
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Psikologi Bimbingan Konseling
Dosen Pengampu :
Elly Marlina, S.Ag., M.Si.
oleh :
NAJMA NURHIKMAH NIM 1164010106
NIZAR RASSI PRASTAMA NIM 1164010111
NOVIA FAUZIYAH KS NIM 1164010113
POPY SOPIANTY NIM 1164010119
PUSPITA ANISATUL NIM 116010122
REKSI MAENAKI NIM 1164010127
PRODI. BIMBINGAN KONSELING ISLAM 4 C
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR
Puji beserta syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Tak lupa juga kepada junjunan kita, yakni Habibana Muhammad saw. yang telah menuntun kita dari zaman kegelapan ke zaman terang benderang, juga kepada keluarganya, para sahabatnya, para tabiit tabiinyya, dan sampailah kepada kita selaku umatnya.
Tugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Bimbingan Konseling. Kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas dan makalah ini. Kami mohon maaf apabila banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, oleh karena itu kami harapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amiin.
Bandung, Mei 2018
Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Kondisi Psikologis Subjek 6
B. Sebab Terjadinya 6
C. Perlakuan Keluarga 7
D. Perlakuan Konselor 8
E. Pendekatan yang Dilakukan dan Tahapan Gestalt 9
F18Hasil yang didapatkan 10
BAB III PENUTUP
A. Simpulan 19
Daftar Pustaka.................................................................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Film ini berkisah tentang seorang anggota angkatan laut Amerika serikat bernama Antwone Fisher ( diperankan oleh Derek Luke ) yang mempunyai tempramental emosional dan mudah tersinggung. Diawali adegan Antwnoe bermimpi teringat akan masa lalunya dan kemudian disambung dengan adegan perkelahian Antwone bersama temannya dalam kapal perang, Karena berkelahi itulah Antwone mendapat sanksi diturunkan pangkatnya dari seorang Bintara Tingkat 3 menjadi seorang Kelasi ditambah ia harus menjalani pemeriksaan di Klinik Psikiater dokter Jerome Davenport ( diperankan oleh Denzel Washington ). Pada Awal mula pertemuan dengan Psikiater, Antwone enggan menceritakan kisah hidupnya ataupun masalah-masalah yang ia hadapi.
Namun seiring berjalannya waktu akhirnya Antwone luluh juga dan akhirnya menceritakan seluruh kisah hidupnya dari mulai ia kecil sampai ia bergabung di kesatuan Angkatan Laut Amerika Serikat. Ternyata Antwone fisher mempunyai perjalanan hidup yang sangat-sangat tidak menyenangkan dan jauh dari kebahagiaan. Rupanya Antwone fisher lahir dari keluarga broken home. Ia dilahirkan di penjara dan sudah berpisah dengan ibunya sejak umur 2 bulan. Ia hidup di sebuah panti asuhan dinas sosial sebelum akhirnya diadopsi oleh keluarga Mrs.Tate. Walaupun pada awalnya kelihatan baik namun ternyata Mrs. Tate mempunyai perangai yang jelek. Ia sering menyiksa Antwone bahkan kadang-kadang diluar batas kemanusiaan. Antwone sendiri juga telah mengalami kekerasan seksual pada saat ia baru berumur 7 tahun. Ia dipaksa melayani nafsu bejat seorang remaja wanita yang kebetulan tinggal bersama Mrs. Tate. Tidak hanya sampai disitu saja, penderitaan Antwone juga harus bertambah ketika sahabat baiknya, tempat mencurahkan keluh kesahnya, tewas tertembak di depan matanya sendiri saat sedang berusaha mencuri disebuah swalayan. Mulai sejak saat itulah Antwone pergi merantau dan akhirnya masuk angkatan laut A.S. Pada saat Antwone mengalami banyak masalah itulah ada seorang gadis bernama Cheryl yang setia menemaninya dan ternyata mereka saling jatuh cinta. Namun Antwone merasa minder apabila berada didekat Cheryl karena masa lalunya yang cukup suram. Antwone lebih bisa jujur kepada Sang psikiater daripada kepada Cheryl sendiri. Untunglah Cheryl bisa mengerti akan hal tersebut bahkan saking cintanya terhadap Antwone, ia mau menemani sang kekasih pergi ke kampung halamanya untuk mencari orang tua kandungnya.
Lika-liku kehidupan Antwone Fisher dalam film ini ditutup dengan akhir yang bahagia. Antwone berhasil menemukan kembali keluarganya disusul kemudian menemukan ibu kandungnya. Keluarga yang selama ini sangat diimpi-impikan oleh Antwone menyambut dirinya dengan sangat baik lebih dari yang ia bayangkan sebelumnya. Antwone lega telah bertemu dengan ibunya, dirinya memaafkan ibunya tersebut namun tidak akan melupakan perbuatanya sampai kapanpun. Sang Psikiater telah menyatakan bahwa Antwone sudah dapat mengatasi masalahnya / sembuh dan Antwone sendiri juga berjanji tidak akan membuat masalah lagi dengan kesatuan Angkatan Lautnya.
Pendekatan Gestalt di film ini berupaya agar klien tidak terus merasa berada di masa lalunya, memaafkan segala kesalahannya, menghilangkan diri dari trauma dan menyadarkan akan semua eksistensinya. Di film ini ada pula pendekatan Gestalt dengan teknik bermain peran yang dilakukan oleh Konselor dan Konseli dalam upaya menghilangkan sedikit rasa takut pada konseli.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kondisi Psikologis Subjek?
2. Apa penyebab terjadinya masalah pada subjek?
3. Bagimana Perlakuan Keluarga kepada Subjek?
4. Bagaimana Perlakuan Konselor kepada Subjek?
5. Pendekatan apa yang diberikan Konselor kepada Subjek?
6. Bagaimana hasil yang didapatkan setelah mendapatkan terapi?
C. Tujuan
1. Agar Mahasiswa mengetahui kondisi Psikologis dari Subjek.
2. Agar Mahasiswa mengetahui penyebab terjadinya masalah yang dialami Subjek?
3. Agar Mahasiswa mengetahui perlakuan Keluarga pada Subjek yang menyebabkan terjadinya masalah.
4. Agar Masiswa mengetahui Perlakuan Konselor kepada Subjek agar keluar dari masalahnya.
5. Agar Mahasiswa mengetahui pendekatan apa yang diberikan Konselor kepada Subjek.
6. Agar Mahasiswa mengetahui hasil dari terapi yang dilakukan oleh Subjek.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kondisi Psikologis Subjek
Pada awal film, diperlihatkan mimpi Antwone, antwone yang masih kecil melakukan kegiatan Thanks Giving bersama keluarganya. Namun setelah itu ia terbangun dari mimpinya.
Antwone bekerja di AL. Diceritakan, dia memiliki amarah yang mudah terpancing meski dengan hal yang sepele. Kemudian dia sulit menjalin hubungan dengan seorang wanita. Ia pun memiliki perasaan tidak percaya kepada siapapun, karena ia selalu memiliki perasaan menjadi seseorang yang selalu ditinggalkan oleh orang-orang yang dia percayai dan dia cintai.
Dapat disimpulkan bahwa adegan mimpi antwone yang pertama adalah harapan Antwone, yakni memiliki keluarga dan berkumpul bersama mereka. Karena Antwone sejak kecil sudah tak memiliki keluarga, bahkan orang tua. Sedari kecil dia sudah tinggal dipanti asuhan.
Sehingga, Antwone memiliki tekanan-tekanan batin yang mendalam, akibat dari masa lalu menyakitkan yang dialami Antwone
2. Sebab terjadinya masalah pada Subjek
Dalam film ini diceritakan Fisher mengalami berbagai macam gejolak dalam hidupnya yang menjadi sebab sifat temperamen emosional Fisher antara lain :
• Fisher dilahirkan dari keluarga yang broken home. Dia dilahirkan oleh Ibunya di penjara dengan kondisi tanpa Ayah.
• Ayahnya meninggal di bunuh oleh selingkuhannya 2 bulan sebelum ia dilahirkan.
• Fisher di rawat oleh pemerintah untuk sementara waktu hingga ibunya bebas dari penjara.
• Hingga dewasa Fisher tidak pernah dicari dan dia ditelantarkan oleh ibunya.
• Kemudian Fisher diadopsi oleh seorang pendeta dan istrinya. Selama tinggal disana, ia sering mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan, kadang-kadang sampai diluar batas kemanusiaan, seperti diikat di sebuah tiang dengan tali kemudian dipukuli dengan kain basah, selain itu dia juga pernah di takut-takuti dengan api, karena Fisher kecil takut dengan api.
• Fisher kehilangan sahabat akrab dari kecil dan menyaksikan secara langsung sahabatnya tersebut tewas tertembak.
3. Perlakuan Keluarga
Fisher dilahirkan oleh ibunya di dalam penjara dengan kondisi tanpa ayah. Ayahnya meninggal terbunuh oleh selingkuhannya 2 bulan sebelum ia dilahirkan. Kemudian Fisher di rawat oleh Pemerintah dan tinggal disebuah Panti Asuhan Dinas Sosial, untuk diasuh oleh pemerintah untuk sementara waktu hingga ibunya bebas dari penjara. Namun, ibunya tidak pernah muncul untuk menjemputnya, hingga ia diadopsi oleh Keluarga Mrs. Tate. Keluarga yang mengadopsinya tidak begitu menyukai orang berkulit hitam, sehingga dia sering sekali menyinggung-nyinggung masalah perbedaan warna dan sering meneror anak-anak asuhnya. Salah satunya adalah menanamkan pada mereka bahwa kulit hitam merupakan suatu hal yang kurang baik dan memperlakukan salah satu dari tiga anak asuh mereka yang merupakan campuran kulit putih dengan spesial karena masalah rasial tersebut. Pengalaman pahit Fisher tidak berhenti sampai di usia 7 tahun. Selama ia tinggal bersama keluarga Mrs. Tate, ia sering mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan, dan terkadang hingga diluar batas kemanusiaan, seperti diikat di sebuah tiang dengan tali kemudian di pukuli dengan kain basah, selain itu dia pun pernah di takut-takuti dengan api, karena saat kesil Fisher memiliki phobia terhadap api. Hal inilah yang kemudian ditekan oleh Fisher kecil ke dalam alam bawah sadarnya. Sehingga Fisher dewasa frustasi dan mudah marah ketika disinggung mengenai warna kulit maupun dirinya secara fisik. Kekerasan dalam rumah Mrs. Tate tidak hanya dari perlakuan keluarganya saja, namun ia juga menerima kekerasan seksual saat ia berumur 7 tahun, pengalaman pahit itu ia dapatkan dari seorang pembantu yang bernama Nadhine. Seorang pembantu rumah tangga yang memaksa ia untuk melayani nafsunya dengan berhubungan seksual, jika Fisher menolak, ia kerap dipukuli. Masalah lain yang cukup mendalam, ialah Fisher kecil yang tidak pernah bertemu dengan orang tuanya yang tentu membuatnya sangat kekurangan kasih sayang dari keluarganya. Dan di tempat keluarga asuhnya ia tidak mendapatkan rasa kasih sayang yang didapatkan oleh anak-anak pada umumnya.
Lika-liku kehidupan Fisher di masa kecil, membentuk kepribadian yang tidak sehat pada dirinya. Dan menurut Rogers syarat utama timbulnya kepribadian sehat adalah penerimaan unconditional positive regard (UPR) dari orang tua pada masa kecil. Yang mana hal itu tidak sama sekali didapatkan oleh Fisher, karena Fisher telah dilupakan ibunya sejak ia berumur 2 bulan, dan ia pun tidak mendapatkan UPR dari keluarga angkatnya pula.
4. Perlakuan Konselor
Dr. Jerome yang berperan sebagai psikiater/konselor disini berupaya menyadarkan Antwone agar bisa menjadi manusia yang seharusnya, maksudnya yakni bisa mengendalikan emosi, tidak ragu akan semua kemampuan, tidak takut akan lawan jenis, juga memaafkan semua kesalahannya pada masa lampau. Awalnya sikap tertutup dan tidak percaya pada orang lain Antwone terus menguasai, sehingga Dr. Jerome pada hari pertama, dan kedua terapi membiarkan Antwone yang terus diam dan terus menunggunya agar siap bercerita tentang segala masalahnya. Dr. Jerome sendiri tidak memaksa Antwone untuk bercerita, karena ia berkeyakinan jika terus memaksa maka semakin sulit pula untuk Antwone terbuka padanya. Karena bosan untuk bersikap demikian dan merasa membutuhkan tempat untuk bercerita, dan menganggap bahwa Dr. Jerome adalah orang yang baik maka Antwone sedikit demi sedikit mengemukakan semua masalahnya dan menceritakan masa lalunya. Konselor disini berupaya untuk membuat Antwone nyaman pada dirinya, seperti menganggap Antwone layaknya anak sendiri, memgajaknya bertemu di rumah dan bertemu dengan istri Dr. Jerome yang bersikap ramah pula, membuat Antwone sendiri nyaman diperlakukan demikian dan merasa seperti mempunyai keluarga kembali. Dapat dikatakan apabila ia telah merasa nyaman, maka ia pun akan terbuka mengemukakan masalah dan dapat terbuka pula menerima setiap saran yang dikemukakan Dr. Jerome. Seperti saran untuk tetap mengembangkan kemampuannya, bersabar dalam setiap keadaan, mengendalikan emosi dan menempatkan emosi tersebut pada hal yang positif (jika emosi, maka Antwone disarankan untuk berolahraga dan meluapkan emosinya pada kegiatan tersebut), untuk tidak ragu saat bertemu wanita, meyakinkan Antwone agar berani mengunjungi keluarganya yang sudah 20 tahun tidak bertemu dengannya juga memaafkan kesalahan orang-orang di masa lampaunya. Bukan hanya saran, tetapi Dr. Jerome pula memberikan motivasi pada diri Antwone sehingga ia tumbuh semangatnya dalam menjalani kehidupan sekarang.
5. Pendekatan yang diberikan Konselor
Pendekatan gestalt merupakan pendekatan dalam layanan konseling yang memandang manusia sebagai keseluruhan, bukan merupakan jumlah dari bagian-bagian kepribadian. Terapi ini untuk membantu individu yang mengalami kesulitan dalam mengintegrasikan diri dalam kehidupan dan lingkungannya, sedang individu tersebut memiliki gangguan psikologis dan potensi yang dimiliki itu tidak dapat berkembang secara wajar, dikatakan seperti demikian dikarenakan Antwone pada saat dewasa ia tidak merasa bebas, tidak menjadi dirinya sendiri dikarenakan ada masalah yang belum terselesaikan di masa lampau sehingga menghambat pertumbuhannya kini. Inti dari terapi ini adalah penyadaran individu, penyadaran ini menunjuk kepada suatu jenis pengalaman saat ini dan berkembang karena hubungan individu dengan lingkungannya, dan penyadaran ini mencakup pikiran dan perasaan berdasarkan persepsi individu pada saat sekarang terhadap situasi sekarang atau bahwa yang paling prinsip adalah membantu individu untuk mencapai kesadaran akan dirinya dan lingkungannya.
Tujuan terapi selanjutnya adalah membantu klien agar menemukan pusat dirinya. Sasaran utama terapi gestalt adalah pencapaian kesadaran. Dengan kesadaran, klien memiliki kesanggupan untuk menghadapi dan menerima bagian – bagian keberadaan yang diingkarinya serta untuk berhubungan dengan pengalaman – pengalaman subjektif dengan kenyataan. Klien bisa menjadi suatu kesatuan dan menyeluruh. Apabila klien menjadi sadar , maka urusannya yang tidak selesai akan selalu muncul sehingga bisa ditangani dalam terapi.
Antwone diupayakan agar bisa menerima keadaan masa kini dan memaafkan kesalahan-kesalahan keluarganya yang membuat ia terpuruk dan seakan hidup di masa lampau dan tidak bisa menunjukkan eksistensinya di masa kini. Sehingga kemampuan ataupun keahlian yang dimiliki Antwone tidak bisa berkembang sepenuhnya dan terus terpendam. Urusan yang tidak selesai dalam film ini ialah saat Antwone pada masa dewasanya belum bisa memaafkan kesalahan ibunya yang tidak menjenguknya ataupun mencarinya dan memaafkan keluarga ayahnya yang tidak pula mencari keberadaanya. Antwone pada saat itu berharap agar keluarganya mencari keberadaannya saat ia berada di masa kelam dan merasa sendiri, ia menginginkan ada uluran tangan dari keluarganya pada saat itu, tetapi kenyataannya ia harus bangkit sendiri karena tidak ada yang bisa ia anggap keluarga, apalagi saat kematian Jesse ia merasa benar-benar sendirian dalam menjalani hidup. Padahal pada kenyataannya jika ia menyelesaikan masalah-masalah di masa lampaunya dan memaafkan segala kesalahan orang-orang terdekatnya, maka ia akan bisa berkembang sepenuhnya. Dr. Jerome disini meyakinkan agar Antwone menjadi sadar akan bagian-bagian hidup yang diingkarinya. Seperti kemampuannya dalam menulis cerita, puisi, dan mampu dengan cepat menguasai 3 bahasa yang sebenarnya mampu ia gali sejak dahulu jika ia bisa membebaskan diri pada kesalahan-kesalahan di masa lampau dan sadar akan eksistensi dirinya. Dr. Jerome menghilangkan pula trauma Antwone terhadap perempuan, yang mana kita ketahui bahwa Antwone memiliki trauma karena pernah mengalami pelecehan seksual oleh saudara perempuannya. Sehingga pada saat dewasa ia agak sedikit menjauhi diri dari lawan jenis. Dr. Jerome disini berupaya menghilangkan hal tersebut dengan upaya permainan dialog seperti halnya dalam terapi gestalt, Dr. Jerome berperan sebagai Cheryl dan Antwone menjadi dirinya sendiri. Walaupun hal ini hanya dilakukan sebentar, tapi setelahnya Antwone bisa sedikit menghilangkan rasa gugupnya pada lawan jenis, seperti saat Antwone berani berkencan dengan Cheryl.
6. Proses dan Tahapan Terapi Gestalt
1. Fase Pra Interaksi
Fase pertama, konselor mengembangkan pertemuan konseling, agar tercapai situasi yang memungkinkan perubahan-perubahan yang diharapkan pada klien. Pola hubungan yang diciptakan untuk setiap klien berbeda, karena masing-masing klien mempunyai keunikan sebagai individu serta memiliki kebutuhan yang bergantung kepada masalah yang harus dipecahkan.
Fase kedua, konselor berusaha meyakinkan dan mengkondisikan klien untuk mengikuti prosedur yang telah ditetapkan sesuai dengan kondisi klien. Ada dua hal yang dilakukan konselor dalam fase ini, yaitu :
a) Membangkitkan motivasi klien, dalam hal ini klien diberi kesempatan untuk menyadari ketidaksenangannya atau ketidakpuasannya. Makin tinggi kesadaran klien terhadap ketidakpuasannya semakin besar motivasi untuk mencapai perubahan dirinya, sehingga makin tinggi pula keinginannya untuk bekerja sama dengan konselor.
b) Membangkitkan dan mengembangkan otonomi klien dan menekankan kepada klien bahwa klien boleh menolak saran-saran konselor asal dapat mengemukakan alasan-alasannya secara bertanggung jawab.
2. Fase Terapi
Dalam ringkasan Gudnanto (Pendekatan Konseling, 2012), prinsip kerja teknik konseling Gestalt yaitu:
a. Penekanan tanggung jawab klien. Konselor bersedia membantu klien tetapi tidak akan bisa mengubah klien, konselor menekankan agar klien mengambil tanggung jawab atas tingkah lakunya.
b. Orientasi sekarang dan saat ini. Konselor tidak membangun kembali (mengulang) masalalu atau motif tidak sadar, tetapi memfokuskan keadaan sekarang. Masa lalu hanya dalam kaitannya dengan keadaan sekarang.
c. Orientasi kesadaran. Konselor meningkatkan kesadaran klien tentang diri sendiri dan masalah-masalahnya.
Fase ketiga, konselor mendorong klien untuk mengatakan perasaan-perasaannya pada saat ini, klien diberi kesempatan untuk mengalami kembali segala perasaan dan perbuatan pada masa lalu, dalam situasi di sini dan saat ini. Kadang-kadang klien diperbolahkan memproyeksikan dirinya kepada konselor.
Melalui fase ini, konselor berusaha menemukan celah-celah kepribadian atau aspek-aspek kepribadian yang hilang, dari sini dapat diidentifikasi apa yang harus dilakukan klien.
Interaksi pribadi antara conseli dan konselor merupakan inti dari proses terapeutik, teknik-teknik bisa berguna sebagai alat untuk membantu klien guna memperoleh kesadaran yang lebih penuh, mengalami konflik-konflik internal, menyelesaikan inkonsistensi-inkonsistensi dan dikotomi-dikotomi, dan menembus jalan buntu yang menghambat penyelesaian urusan yang tak selesai. Teknik-teknik dalam terapi Gestalt digunakan sesuai dengan gaya pribadi terapis. Pembahasan teknik-teknik terapi Gestalt berikut berdasarkan uraian permainan-permainan dari Levitsky dan Perls (1970) diantaranya:
a. Permainan Dialog
Terapis Gestalt menaruh perhatian yang besar pada pemisahan dalam fungsi kepribadian. Yang paling utama adalah pemisahan antara “top dog” dan “under dog”. Terapi sering difokuskan pada pertentangan antara top dog dan under dog itu.
Top dog itu adil, otoriter, moralistik, menuntut, berlaku sebagai majikan, dan manipulatif. Ia adalah “orang tua yang kritis” yang mengusik dengan kata-kata “harus” dan “sewajibnya” serta memanipulasi dengan ancaman-ancaman bencana. Sedangkan underdog memanipulasi dengan memainkan peran sebagai korban, defensif, membela diri, tak berdaya, lemah, dan tak berkekuasaan. Ia adalah sisi pasif, tanpa tanggung jawab, dan ingin dimaklumi. Pertartungan antara top dog dan underdog bisa membantu menerangkan mengapa resolusi-resolusi dan janji-janji sering tidak terlaksana dan mengapa kelambanan menjadi menetap. Konflik antara dua sisi kepribadian yang berlawanan itu berakar pada mekanisme-mekanisme introyeksi yang melibatkan penggabungan aspek-aspek dari oranng lain, biasanya orang tua, kedalam sistem ego individu.
Untuk melakukan permainan dialog antara top dog dengan underdog maka menggunakan teknik kursi kosong. Yaitu, suatu cara untuk mengajak klien agar mengeksternalisasi introyeksinya. Dalam teknik ini dua kursi diletakkan ditengah ruangan. Terapis meminta klien untuk duduk di kursi yang satu dan memainkan peran sebagai top dog, kemudian pindah ke kursi lain dan berperan menjadi underdog. Pada dasarnya, teknik kursi kosong adalah suatu teknik permainan peran yang semua perannya dimainkan oleh klien.
Teknik ini membantu klien agar bisa berhubungan dengan perasaan atau sisi dari dirinya sendiri yang diingkarinya; klien mengintensifkan dan mengalami secara penuh perasaan-perasaan yang bertentangan, daripada hanya membicarakannya. Selanjutnya dengan sangat nyata, teknik ini mencegah klien memisahkan perasaan. Teknik ini juga bisa membantu klien untuk mengenali introyeksi-introyeksi parental yang tidak menyenangkan.
Melalui teknik ini juga konflik dapat dipecahkan, karena berkembangnya sikap keberterimaan klien dan keterpaduan kedua sisi kepribadiannya. Pengalaman mengikuti teknik kursi kosong ini membantu klien untuk lebih menyadari kedua sisi kepribadiannya. Pengalaman mengikuti teknik kursi kosong ini membantu klien untuk lebih menyadari kedua sisi kepribadinnya, dari pada sekedar membicarakannya. Lebih lanjut, klien juga terbantu untuk menyadari bahwa perasaannya merupakan bagian dari pribadinya yang sangat nyata. Penggunaan teknik kosong ini bertujuan untuk mengintegrasikan polaritas dan konflik yang terjadi pada diri setiap orang. Tujuan lainnya adalah klien dapat belajar untuk menerima dan hidup dengan polaritas atau kedua sisi kepribadiannya. (Yusuf, Syamsu. 2016:169)
b. Berkeliling
Berkeliling adalah suatu latihan dimana klien diminta untuk berkeliling ke anggota-anggota kelompoknya dan berbicara atau melakukan sesuatu dengan setiap anggota itu. Maksudnya, untuk menghadapi, memberanikan, dan menyingkapkan diri, bereksperimen dengan tingkah laku yang baru, serta tumbuh dan berubah.
c. Latihan “saya bertanggung jawab atas...
Pada latihan ini, terapis meminta untuk membuat suatu pernyataan dan kemudian menambahkan pada pernyataan itu kalimat “dan saya bertanggung jawab untuk itu.” Teknik ini merupakan perluasan kontinum kesadaran dan dirancang untuk membantu orang-orang agar mengakui dan menerima perasaan-perasaannya alih-alih memproyeksikan perasaan-perasaannya itu kepada orang lain.
d. “saya memiliki suatu rahasia”
Teknik ini dimaksudkan untuk mengeksplorasi perasaan-perasaan berdosa dan malu. Terapis meminta kepada para klien untuk berkhayal tentang suatu rahasia pribadi yang terjaga dengan baik, membayangkan bagaimana perasaan mereka dan bagaimana orang lain bereaksi jika mereka membuka rahasia itu.
Teknik ini juga bisa digunakan sebagai metode pembentukan kepercayaan dalam rangka mengeksplorasi mengapa para klien tidak mau membukakan rahasianya kepada mereka. Tekni ini juga bisa digunakan sebagai metode pembentukan kepercayaan dalam rangka mengeksplorasi mengapa klien tidak mau membukakan rahasianya dan mengeksplorasi mengapa para klien tidak mau membukakan rahasianya dan mengekplorasi ketakutan-ketakutan menyampaikan hal-hal yang mereka anggap memalukan atau menimbulkan rasa berdosa.
e. Bermain Proyeksi
Dalam permainan “bermain proyeksi” terapis meminta kepada klien yang mengatakan “saya tidak bisa mempercayaimu” untuk memainkan peran sebagai orang yang tidak bisa menaruh kepercayaan guna menyingkapkan sejauh mana ketidakpercayaan itu menjadi konflik dalam dirinya. Dengan kata lain, terapis meminta klien untuk “mencobakan” pernyataan-pernyataan tertentu yang ditujukan kepada orang lain dalam kelompok.
f. Teknik Pembalikan
Terapis bisa meminta klien yang mengaku menderita inhibisi-inhibisi yang kuat dan rasa malu yang berlebihan agar memainkan peran sebagai seorang ekshibisionis dalam kelompok. Dengan kata lain terapis bisa meminta klien untuk membalikkan gayanya yang khas.
Teori yang melandasi teknik pembalikkan adalah teori bahwa klien terjun kedalam sesuatu yang ditakutinya karena dianggap bisa menimbulkan kecemasan, dan menjalin hubungan dengan bagian-bagian diri yang telah ditekan atau diingkarinya. Teknik ini bisa membantu klien untuk memulai menerima atribut-atribut pribadinya yang telah dicoba diingkarinya. Klien secara intens merasakan sisi yang diingkarinya dan lambat laun mampu mengintegrasikan sisi tersebut ke dalam kepribadiannya.
g. Permainan Ulangan
Menurut pearls banyak pemikiran kita yang merupakan pengulangan, dalam fantasi, kita mengulang-mengulang peran yang kita anggap masyarakat mengharapkan kita memainkannya. Ketika tiba saat menampilkanya kita mengalami demam panggung atau kecemasan, yakni kita takut tidak mampu memainkan peran kita dengan baik. Pengulangan internal menghabiskan banyak energi serta acapkali menghambat spontanitas dan keediaan kita untuk bereksperimen dengan tingkah laku baru.
Terapi ini melakukan permainan berbagai pengulangan satu sama lain dalam upaya meningkatkan kesadaran atas pengulangan-pengulangan yang dilakukan oleh mereka dalam memenuhi tuntutan memainkan peran-peran sosial. Mereka menjadi lebih sadar betapa mereka selalu mencoba memenuhi pengharapan-pengharapan orang lain, sadar atas seberapa besar derajat keinginan mereka untuk disetujui, diterima dan disukai, serta sejauh mana mereka berusaha memperoleh penerimaan.
h. Permainan melebih-lebihkan
Permainan ini berhubungan dengan konsep peningkatan kesadaran atas tanda-tanda dan isyarat-isyarat halus yang dikirimkan oleh seseorang melalui bahasa tubuh. Klien diminta untuk melebih-lebihkan gerakan-gerakan atau mimik muka secara berulang-ulang, yang biasanya mengintensifkan perasaan yang berpaut pada tingkah laku dan membuat makna bagian dalam menjadi lebih jelas.
Dalam permainan melebih-lebihkan itu misalnya, tersenyum sambil mengungkapkan kesakitan atau perasaan yang negatif, gemetar (menggoyangkan tangan dan kaki), duduk lunglai, dan menurunkan pundak, mengepalkan tinju, mengerutkan dahi, menyeringai, dan menyilangkan tangan. Jika klien merasa kakinya gemetar, terapis bisa meminta kepada klien untuk berdiri melebih-lebihkan getarannya. Kemudian terapis bisa meminta klien agar mengungkapkan arti getaran kakinya itu dengan kata-kata.
Selain dari bahasa tubuh, tingkah laku verbal juga bisa digunakan dalam permainan melebih-lebihkan. Terapis bisa meminta mengulangi pernyataan yang telah dicoba dibelokkannya dan setiap mengulang pernyataan itu diucapkan lebih keras.
i. Tetap dengan perasaan
Teknik ini digunakan pada saat klien menunjuk pada perasaan atau suasana hati yang tidak menyenangkan yang ia sangat ingin menghindarinya. Terapis mendesak klien untuk tetap dengan atau menahan perasaaan yang ia ingin menghindarinya itu.
Terapis bisa meminta klien untuk bertahan dengan ketakutan atau kesakitan apapun yang dialaminya sekarang dan mendorong klien untuk menyelam lebih dalam kedalam perasaan dan tingkah laku yang ingin dihindarinya. Menghadapi, mengonfrontasi, dan mengalami perasaan-perasaan tidak hanya membutuhkan keberanian tetapi juga membutuhkan kesediaan untuk bertahan dalam kesakitan yang diperlukan guna membuka dan membuat jalan menuju taraf-taraf pertumbuhan yang lebih baru.
j. Pendekatan Gestalt terhadap kerja mimpi
Terapi Gestalt tidak menafsirkan dan menganalisis mimpi, tetapi membawa kembali pada kehidupan, menciptakan kembali mimpi, dan menghidupkan kembali mimpi seakan-akan mimpi itu berlangsung sekarang. Mimpi tidak di bicarakan sebagai suatu kejadian yang telah berlalu, tetapi sebagai sesuatu yang terjadi sekarang, dan pemimpi menjadi bagian dari mimpi, dan menghidupkan kembali mimpi seakan-akan mimpi itu berlangsung sekarang.
Mimpi tidak dibicarakan sebagai suatu kejadian yang telah berlalu, tetapi sebagai sesuatu yang terjadi sekarang, dan pemimpi menjadi bagian dari mimpi yang dialaminya. Yang dianjurkan dalam penanganan mimpi-mimpi adalah membuat daftar dari segenap rincian mimpi, mengingat orang-orang, kejadian dan suasana hati dalam mimpi, dan kemudian menjadi bagian dari mimpi yang dialaminya. Yang dianjurkan dalam mimpi-mimpi adalah membuat daftar dari segenap rincian mimpi, dan kemudian menjadi bagian dari mimpi dengan jalan mentransformasikan diri, bertindak sepenuh mungkin, dan menciptakan dialog; karena setiap bagian mimpi itu dianggap merupakan proyeksi dari diri, maka klien membuat skenario unttuk pertemuan-pertemuan diantara berbagai karakter atau bagian; segenap bagian mimpi yang berbeda mengungkapkan sisi-sisi yang kontradiktiori dan tidak konsisten. Jadi denganmelibatkan diri pada dialog antara sisi-sisi yang berlawanan itu, orang lambat laun menjadi lebih sadar atas jangkauan perasaan-perasaannya sendiri.
3. Fase Terminasi Closing
Fase keempat, setelah klien memperoleh pemahaman dan penyadaran tentang pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya, konselor mengantarkan klien memasuki fase akhir konseling.
Pada fase ini klien menunjukkan gejala-gejala yang mengindikasikan integritas kepribadiannya sebagai individu yang unik dan manusiawi.
Klien telah memiliki kepercayaan pada potensinya, menyadari keadaan dirinya pada saat sekarang, sadar dan bertanggung jawab atas sifat otonominya, perasaan-perasaannya, pikiran-pikirannya dan tingkah lakunya. Dalam situasi ini klien secara sadar dan bertanggung jawab memutuskan untuk “melepaskan” diri dari konselor, dan siap untuk mengembangan potensi dirinya.
7. Hasil dari terapi
Dengan pendekatan gestalt, klien dapat menerima eksistensi dirinya dan menerima bagian dari masa lampaunya. Hal tersebut tercapai dalam film ini, Antwone pada akhirnya merasa bebas dan bisa menjadi dirinya sendiri. Ia pula sadar akan semua kemampuannya juga bisa menerima kesalahan orang-orang di masa lampaunya(kesalahan Ibu Eva yang tidak mencarinya, perilaku Ibu Tate yang selalu menyiksanya, kesalahan Nadine yang telah memperlakukan pelecehan seksual, menerima maaf dari keluarga ayahnya yang tidak mencarinya pula). Ia juga bisa menerima uluran tangan dari keluarga ayahnya yang telah 20 tahun tidak bertemu dengannya, juga bisa menerima semua penjelasan dari keluarga ayahnya dan menerima keberadaan mereka sehingga Antwone tidak kesepian merasa memiliki keluarga layaknya orang lain. Dr. Jerome disini berhasil meyakinkan Antwone agar bisa menyelesaikan semua permasalahan di masa lampau, yang menghambat perkembangannya. Antwone pula berjanji untuk tidak membuat masalah lagi di Angkatan Laut AS seperti dahulu.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas. Sedangkan data-data dalam psikologi Gestalt disebut sebagai Fenomena (gejala). Dimana fenomena adalah data-data yang mendasar pada individu dan hal ini sependapat dengan filsafat fenomologi yang mengartikan bahwa suatu pengalaman harus dilihat secara netral. Pendekatan Gestalt di film ini terlihat bahwa konselor berusaha membantu klien agar tidak terus merasa berada di masa lalunya, memaafkan segala kesalahannya, menghilangkan diri dari trauma dan menyadarkan akan semua eksistensi yang dimilikinya. Di film ini ada pula pendekatan Gestalt dengan teknik bermain peran yang dilakukan oleh Konselor dan Konseli dalam upaya menghilangkan sedikit rasa khawatir dan rasa takut pada konseli.
Di dalam film Antwone Fisher, psikiater, Jerome, telah berhasil mengembaliakan Antwone pada kenyataan bahwa dia bisa berubah menjadi lebih baik, dan memafkan masa lalunya yang menyakitkan.
DAFTAR PUSTAKA
Corel, Geray. 2013. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.
Hikmawati, Fenti. 2012. Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Kumpulan tugas selama kuliah, sastra, karya tulis ilmiah, dan cerita. Semoga bermanfaat. Bisa lihat juga blog saya yang lain di noviaanov.blogspot.com (udah gak bisa dibuka, lupa sandi) 😂😂
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tugas Besar ICT
Holaaa, ini link Tugas Besar ICT 2018 saya. Boleh disimak, tapi jangan dicopas:) terimakasih TubesICT_Novia Fauziyah KS_F7
-
MASYARAKAT TRANSISI MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Sosiologi Dakwah Dosen Pengampu : Rohmanur Aziz,S.Sos.I....
-
ANALISIS FILM “ANTWONE FISHER” MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Psikologi Bimbingan Konseling Dosen Pengampu : Elly Marl...
-
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah yang telah mencurah limpahkan rahmat dan inayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan tuga...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar