MASYARAKAT TRANSISI
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Sosiologi Dakwah
Dosen Pengampu : Rohmanur Aziz,S.Sos.I., M.Ag.
Disusun Oleh :
Miftahudin Kautsar A 1164010092
Mohamad Syujaie 1164010095
Muhamad Iqbal Abdulah 1164010098
Muhammad Faruq F 1164010101
Muhammad Haziq 1164010102
Neneng Khopidoh 1164010107
Novia Fauziyah K S 1164010113
Nurhasanah Siti Jamilah 1164010116
Puspita Anisatul F 1164010122
Rena Rostini 1164010128
Rezka Puspitasari 1164010130
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2017
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah mencurah limpahkan rahmat dan inayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini dengan baik. Tak lupa, sholawat serta salam semoga selalu terlimpah curah kepada junjunan Nabi besar Muhammad SAW. Kami bersyukur akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik walaupun kami mengetahui pasti banyak kekurangan di dalamnya.
Makalah kami kali ini dibuat untuk memenuhi tugas terstruktur dari mata kuliah Sosiologi Dakwah yang diampu oleh Bapak Rohmanur Aziz, S.Sos.I., M.Ag., berkat beliau kami bisa menggali lebih dalam mengenai Masyarakat Transisi dan hubungannya dengan Sosiologi Dakwah. Selesainya makalah kami kali ini tak lepas dari bantuan berbagai buku yang telah kami baca, beserta makalah-makalah yang ada di internet dengan patokan-patokan yang telah disampaikan oleh dosen kami. Untuk itu kami sangat berterimakasih pada rekan-rekan dan pihak lain yang telah membantu kami menyelesaikan tugas ini.
Di balik itu semua, kami menyadari bahwa banyak kesalahan yang terdapat di dalam makalah ini, baik itu dari segi materi, tata bahasa maupun struktur kepenulisan. Oleh karena itu, kami sangat menerima berbagai saran maupun pendapat dari pembaca semua agar kami bisa membuat makalah yang lebih baik lagi kedepannya.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat menginspirasi dan juga bermanfaat bagi pembaca semua, dan khususnya dapat bermanfaat bagi penulis pula. Aamiin Yaa Robbal Alamiin.
Bandung, 10 Mei 2018
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Karakteristik Masyarakat Transisi 3
B. Adat dan Budaya pada Masyarakat Transisi 3
C. Perbedaan antara Masyarakat Tansisi dengan Tradisional dan Modern 5
D. Permasalahan pada Masyarakat Tansisi 12
E. Pendekatan Dakwah terhadap Masyarakat Transisi 13
F. Cara Berdakwah terhadap Masyarakat Transisi 18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 22
B. Saran 23
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Masyarakat bisa terbentuk karena adanya interaksi sosial diantara manusia, karena memang manusia yang membentuk masyarakat itu sendiri dari dua karakter yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa adanya bantuan dari manusia lainnya. Dan kalau dalam agama Islam ada dua bentuk hubungan manusia yaitu hablumminallah dan hablumninannaas. Hablumminallah artinya hubungan vertikal manusia kepada sang pencipta-Nya yaitu Allah SWT yang salah satunya diwujudkan dalam bentuk ibadah ritual seperti sholat dan sebagainya. Sedangkan hablumminannaas adalah hubungan horizontal sesama manusia karena manusia termasuk zoon politicon (makhluk sosial).
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dunia, yang berarti pula eksistensi masyarakat Indonesia baik langsung maupun tidak langsung sangat membutuhkan masyarakat dunia. Karena memang bangsa Indonesia ini tidak akan bisa membangun tanpa adanya bantuan dari negara lain. Disamping masyarakat Indonesia dikatakan sebagai bagian dari masyarakat dunia karena perkembangan global dunia selalu menembus ke pelosok dunia tanpa terkecuali negara yang bernama Indonesia ini.
Keterlibatan masyarakat Indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung ikut andil dalam mengikuti perkembangan dunia, terutama jika dilihat dari segi kemajuan teknologi informasi. Karena memang secara tidak langsung bangsa Indonesia ikut memakmurkan industri-industri negara maju, sebagai contoh pemanfaatan alat elektronik dalam hal ini komputer, laptop, HP dan bahkan internet dengan segala kemauan dunia mayanya.
Dewasa ini, perkembangan teknolgi dan media internet melaju dengan sangat cepat. Kian hari jumlah pengguna internet semakin bertambah. Menurut perwakilan badan telekomunikasi PBB Hamadoun Toure, jumlah pengguna internet pada tahun 2011 telah mencapai dua milyar pengguna. Salah satu fasilitas yang ada di dalam internet adalah email, yaitu suatu sarana yang digunakan untuk mengirim dan menyampaikan pesan kepada pengguna internet lainnya dimana pun berada. Dan memang saat ini email banyak digunakan masyarakat Indonesia untuk berbagi informasi kepada user lainnya sehingga dunia sekarang ini tidak bisa lepas dari infrastruktur informasi. Oleh sebab itu, hal ini di kaji dari sudut pandang masyarakat informasi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Masyarakat Transisi dan Karakteristiknya?
2. Bagaimana Adat dan Budaya pada Masyarakat Transisi?
3. Apa saja perbedaan antara masyarakat Transisi, Tradisional, dan Modern?
4. Apa saja permasalahan pada Masyarakat Transisi?
5. Pendekatan dakwah yang seperti apa saja yang bisa diaplikasikan kepada Masyarakat Transisi?
6. Bagaimana cara berdakwah pada masyarakat transisi?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa itu Masyarakat Transisi dan Karakteristiknya
2. Untuk mengetahui Adat dan Budaya pada Masyarakat Transisi
3. Untuk mengetahui mengenai perbedaan antara masyarakat Transisi, Tradisional, dan Modern
4. Untuk memahami permasalahan yang terjadi pada Masyarakat Transisi
5. Untuk memahami Pendekatan dakwah yang seperti apa saja yang bisa diaplikasikan kepada Masyarakat Transisi
6. Untuk mengetahui cara berdakwah pada masyarakat transisi
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT TRANSISI
1. Pengertian
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak.
Masyarakat transisi adalah masyarakat yang mengalami perkembangan dari situasi yang awalnya tradisional dan secara berangsur-angsur sudah mulai mengalami perkembangan kehidupan baik dalam tatanan sosial maupun struktur sosial.
Masyarakat transisi pun dapat dikatakan sebagai masyarakat yang mengalami perubahan dari suatu masyarakat ke masyarakat yang lainnya. Misalnya masyarakat pedesaan yang mengalami transisi ke arah kebiasaan kota, yaitu pergeseran tenaga kerja dari pertanian, dan mulai masuk ke sektor industri.
2. Karakteristik Masyarakat Transisi
a. Kehidupan masyarakatnya sudah berubah dari situasi yang tadinya tradisional
b. Sudah mengenal pembangunan
c. Alat yang di pakai dalam kehidupan sehari-hari sudah agak berjual beli mahal
d. Kebudayaanya sudah baru
e. Sudah mengenal kesejahteraan hidup
f. Struk sosialnya mengalami perobahan
g. Daya fakir individu yang mengarah pada tujuan hidup yang sejahtera
h. Jalur akses perdagangan dan jalan wilayah mereka sudah akses cepat
i. Dalam pemenuhan kebutuhan dan kehidupan mereka tidak dikatakan kuno lagi.
B. ADAT DAN BUDAYA PADA MASYARAKAT TRANSISI
Setiap masyarakat mempunyai kebudayaan tersendiri, kebudayaan masyarakat transisi sudah mulai berkembang, mereka sudah berangsur-angsur meninggalkan kepercayaan yang di pegang oleh nenek moyang mereka yang menyembah sesuatu yang tidak rasional, mereka sudah mulai tidak percaya kepada mitosbahkan kebudayaan yang bersipat seni mereka lestarikan dan jika perlu mereka memperkenalkan kedaerah lain agar mereka mempunyai identitas diri. Di samping itu masyarakat ini peka dan terbuka sekali terhadap hal-hal .
Geografi dan histori berpengaruh pada sosial budaya sikap mental dan tingkah laku manusia (indonesia), adat atau tradisi (aneka ragam). Begitu cepatnya pengaruh budaya asing tersebut menyebabkan terjadinya goncangan budaya(culture shock), yaitu suatu keadaan dimana masyarakat tidak mampu menahan berbagai pengaruh kebudayaan yang datang dari luar sehingga terjadi ketidakseimbangan dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan.Adanya penyerapan unsur budaya luar yang di lakukan secara cepat dan tidak melalui suatu proses internalisasi yang mendalam dapat menyebabkan terjadinya ketimpangan antara wujud yang di tampilkan dan nilai-nilai yang menjadi landasannya atau yang biasa disebut ketimpangan budaya. Masyarakat transisi hingga telah memiliki adat atau kebiasaan tersendiri, dan berkurangnya adat atau kebiasaan di masyarakat, seperti :
1. Nilai solidaritas , gotong royong di masyarakat sebagai potret solidaritas di sosial masyarakat. Secara sederhana mempunyai arti kerja sama secara suka rela antar individu atau kelompok yang membuat bentuk norma saling percaya dalam menangani permasalahan yang menangani kepentingan bersama. Solidaritas masyarakat transisi walaupun sudah berubah kekota-kotaan akan tetapi masih ada sedikit rasa kekerabatan.
2. Adat ritual (kepercayaan), dahulu masyarakat masih mempercayai ritual di masa nenek moyang, seperti sesajen, persembahan, dan lain sebagainya. Namun seiring berjalannya perkembangan, masyarakat mulai meninggalkan ritual seperti itu sedikit demi sedikit.
3. Adat berbusana, dengan masuknya kebudayaan asing dari berbagai negara, sehingga membuat perubahan di masyarakat kota maupun masyarakat pedesaan, begitupun pada masyarakat transisi.
4. Perubahan profesi, peralihan pekerjaan seperti, dari pertanian ke perindustrian.
5. Perubahan teknologi, teknologi berkembang seiring berjalannya zaman, hingga perkembangan teknologi masuk ke dalam masyarakat pedesaan, contohnya seperti pertanian yang biasanya menggunakan kerbau untuk membajak sawahnya, namun sudah beralih menjadi dengan traktor sebagai alat teknologi untuk membajak sawah para petani.
C. PERBEDAAN MASYARAKAT TRANSISI, TRADISIONAL, DAN MODERN
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Menurut Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, sekelompok manusia dapat dikatakan sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian berinteraksi sesama mereka berdasarkan kemaslahatan.
Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam bermata pencaharian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada: masyarakat pemburu, masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocoktanam, dan masyarakat agrikultural intensif, yang juga disebut masyarakat peradaban. Sebagian pakar menganggap masyarakat industri dan pasca-industri sebagai kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat agrikultural tradisional.
Masyarakat dapat pula diorganisasikan berdasarkan struktur politiknya: berdasarkan urutan kompleksitas dan besar, terdapat masyarakat band, suku, chiefdom, dan masyarakat negara.Kata society berasal dari bahasa latin, societas, yang berarti hubungan persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang berarti teman, sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial. Secara implisit, kata society mengandung makna bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama.
1. Masyarakat Transisi
a. Pengertian Masyarakat Transisi
Masyarakat transisi adalah masyarakat yang mengalami perkembangan dari situasi yang awalnya tradisional dan secara berangsur-angsur sudah mulai mengalami perkembangan kehidupan baik dalam tatanan sosial maupun struktur sosial. Masyarakat transisi mengalami perubahan dari suattu masyarakat ke masyarakat yang lainnya. Misalnya masyarakat pedesaan yang mengalami transisi ke arah kebiasaan kota, yaitu pergeseran tenaga kerja dari pertanian, dan mulai masuk ke sektor industri.
Masyarakat transisi pun dapat dikatakan sebagai masyarakat yang mengalami perubahan dari suatu masyarakat ke masyarakat yang lainnya. Misalnya masyarakat pedesaan yang mengalami transisi ke arah kebiasaan kota, yaitu pergeseran tenaga kerja dari pertanian, dan mulai masuk ke sektor industri.
Dalam masyarakat terjadi yang namanya proses dinami ssehingga dapat di katakana masyarakat tidak bisa di mengerti. Perubahan ini di sebabkan adanya keinginan dari setiap individu ataupun sekelompok orang yang ingin berubah dan telah mengalami perkembangan pemikiran kearah yang lebih baik. Perubahan itu bias dilihat dari struktur sosialnya, sikap dan perilaku serta cara pandang mereka dalam menafsirkan sesuatu. Kehidupan mereka belum dikatakan modern tapi kehidupan mereka mengarah kepada modern, bukan tidak mungkin bila suatu saat mereka mengalami kehidupan modern.
Dari segi pembangunan, masyarakat ini belum mempunyai banyak gedung-gedung mewah seperti masyarakat modern dan mall-mall tempat rekreasi belum begitu banyak, yang mengalami perubahan di bentuk bangunan pemerintahannya saja dan pada tempat umumnya hanya sebagian kecil, tapi dari pusat perdagangan masyarakat ini sudah mampu memenuhi kebutuhan pokoknya dan mampu mengadakan hubungan perdagangan dengan daerah lain untuk memasok makanan atau kebutuhan guna memenuhi kehidupan mereka.
Setiap masyarakat mempunyai kebudayaan tersendiri, kebudayaan masyarakat transisi sudah mulai berkembang, mereka sudah berangsur-angsur meninggalkan kepercayaan yang di pegang oleh nenek moyang mereka yang menyembah sesuatu yang tidak rasional, mereka sudah mulai tidak percaya kepada mitosbahkan kebudayaan yang bersipat seni mereka lestarikan dan jika perlu mereka memperkenalkan kedaerah lain agar mereka mempunyai identitas diri. Di samping itu masyarakat ini peka dan terbuka sekali terhadap hal-hal baru (W.B Werteim,1999:31).
Hubungan kelompok masyarakat transisi terhadap kelompok masyarakat lain memiliki pola yang tidak pasti. Banyak masyarakat transisi yang masih mengedepankan kehidupan social yang lama , (yakni sesuai dengan hubungan kelompok masyarakat desa), namun banyak juga masyarakat transisi yang sudah mulai meninggalkan pola hubungan masyarakat desa dan berpindah pada pola hubungan masyarakat perkotaan.
Pola hubungan masyarakat desa ditentukan oleh nilai, adat , kebiasaan , serta budaya tertentu, seperti nilai gotong royong , nilai saling mengenal, budaya berinteraksi , kebiasaan menunggu, kebiasaan saling bergantung , adat ritual, dan sebagainya. Sedangkan masyarakat kota hubungan sosialnya lebih di tentukan oleh kepentingan profesi dan sebagaian besar tidak terikat oleh nilai dan budaya tertentu sehingga masyarakat kota memiliki sikap individual yang tinggi, kurang mengenal satu sama lain,di penuhi rasa kecurigaan , suka menerobos, mudah tersinggung, nostalgia dan sebagainya.
Masyarakat transisi umumnya memiliki hubungan social yang mengadopsi dari kota dan desa yakni suka menerobos,mudah tersinggung,nostalgia, kurang memperhatikan adat dalam bergaul, sikap individual mulai menonjol, dalam mencapai tujuan bersama kurang menjunjung etika gotong royong, rasa saling membutuhkan satu sama lain mulai memudar dan mereka mulai kehilangan nilai dan norma yang asli.
Contoh dari masyarakat transisi yaitu masyarakat yang tinggal di suatu desa yang mengalami kemajuan serta perubahan sehingga desa tersebut mangalami proses perubahan dari desa menjadi kota.
b. Ciri-ciri Masyarakat Transisi
Ciri-ciri masyarakat transisi adalah:
1) Adanya pergeseran dalam bidang, misalnya pekerjaan, seperti pergeseran dari tenaga kerja pertanian ke sektor industri
2) Adanya pergeseran pada tingkat pendidikan. Di mana sebelumnya tingkat pendidikan rendah, tetapi menjadi sekarang mempunya tingkat pendidikan yang meningkat, dan daya pikir individu yang mengarah pada tujuan hidup yang sejahtera.
3) Mengalami perubahan ke arah kemajuan
4) Masyarakat sudah mulai terbuka dengan perubahan dan kemajuan jaman.
5) Tingkat mobilitas masyarakat tinggi.
6) Biasanya terjadi pada masyarakat yang sudah memiliki akses ke kota misalnya jalan raya.
7) Kehidupan masyarakatnya sudah berubah dari situasi yang tadinya tradisional
8) Sudah mengenal pembangunan
9) Alat yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari sudah agak berjual beli mahal
10) Kebudayaannya sudah baru
11) Sudah mengenal kesejahteraan hidup
12) Struktur sosialnya mengalami perubahan
13) Jalur akses perdagangan dan jalan wilayah mereka sudah akses cepat.
2. Masyarakat Tradisional
a. Pengertian Masyarakat Tradisional
Masyarakat tradisional adalah masyarakat yang kehidupannya masih banyak dikuasai oleh adat istiadat lama. Adat istiadat adalah suatu aturan yang sudah mantap dan mencakup segala konsepsi sistem budaya yang mengatur tindakan atau perbuatan manusia dalam kehidupan sosialnya. Jadi, masyarakat tradisional di dalam melangsungkan kehidupannya berdasarkan pada cara-cara atau kebiasaan-kebiasaan lama yang masih diwarisi dari nenek moyangnya. Kehidupan mereka belum terlalu dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang berasal dari luar lingkungan sosialnya. Kebudayaan masyarakat tradisional merupakan hasil adaptasi terhadap lingkungan alam dan sosial sekitarnya tanpa menerima pengaruh luar. Jadi, kebudayaan masyarakat tradisional tidak mengalami perubahan mendasar. Karena peranan adat-istiadat sangat kuat menguasai kehidupan mereka.
Masyarakat tradisional adalah masyarakat yang mengalami pergeseran ciri-ciri lokalnya dengan melebarnya batas-batas interaksi dan ilmu pengetahuan lainnya dan masih menggunakan alat-alat teknologi yang yang sederhana, pola pemikiran mereka belum dipengaruhi bentuk teknologi canggih dengan sistem pendidikan di sekolah-sekolah. Hal ini dapat dijumpai pada daerah-daerah pedalaman di Indonesia. Mereka menggunakan dongeng sebagai sarana penting untuk menjelaskan eksistensi dan intensitas diri serta kelompok sosialnya. Dongeng tidak saja sebagai pengetahuan tentang dunia dan mengungkapkan gagasan atau ide-ide dan nilai-nilai, melainkan memahamkan dunia kepada orang lain dan mewariskan nilai-nilai tersebut secara turun-temurun generasi ke generasi.
Masyarakat tradisional sebenarnya telah mengalami shock cultural setelah mengenal hal-hal baru dari luar komunikasinya. Ini dapat disaksian pada pemberian nama anak yang sudah lepas dari budaya lokalnya, cara berpakaian dan penggunaan bahasa. Ini ada upaya untuk mengiterpretasikan diri dengan masyarakat lain yang dianggap maju, sehingga ikatan-ikatan tradisional mengalami perubahan bebas kontrol, sehingga ikatan-ikatan tradisional dan lembaga-lembaga adapt mulai melemah karna mulai diganti oleh kebebasan untuk memilih dan mengambil keputusan secara individu.
Masyarakat tradisional hidup di daerah pedesaan yang secara geografis terletak di pedalaman yang jauh dari keramaian kota. Masyarakat ini dapat juga disebut masyarakat pedesaan atau masyarakat desa. Masyarakat desa adalah sekelompok orang yang hidup bersama, bekerja sama, dan berhubungan erat secara tahan lama, dengan sifat-sifat yang hampir seragam. Istilah desa dapat merujuk pada arti yang berbeda-beda, tergantung dari sudut pandangnya. Secara umum desa memiliki 3 unsur, yaitu:
1) Daerah dan letak, yang diartikan sebagai tanah yang meliputi luas, lokasi dan batas-batasnya yang merupakan lingkungan geografis;
2) Penduduk; meliputi jumlah, struktur umur, struktur mata pencaharian yang sebagian besar bertani, serta pertumbuhannya
3) Tata kehidupan; meliputi corak atau pola tata pergaulan dan ikatan-ikatan warga desa.
b. Ciri-ciri Masyarakat Tradisional
Dalam buku Sosiologi karangan Ruman Sumadilaga seorang ahli Sosiologi “Talcot Parsons” menggambarkan masyarakat desa sebagai masyarakat tradisional (Gemeinschaft) yang mengenal ciri-ciri sebagai berikut :
1) Afektifitas ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta , kesetiaan dan kemesraan. Perwujudannya dalam sikap dan perbuatan tolong menolong, menyatakan simpati terhadap musibah yang diderita orang lain dan menolongnya tanpa pamrih.
2) Orientasi kolektif sifat ini merupakan konsekuensi dari Afektifitas, yaitu mereka mementingkan kebersamaan , tidak suka menonjolkan diri, tidak suka akan orang yang berbeda pendapat, intinya semua harus memperlihatkan keseragaman persamaan.
3) Partikularisme pada dasarnya adalah semua hal yang ada hubungannya dengan keberlakuan khusus untuk suatu tempat atau daerah tertentu. Perasaan subyektif, perasaan kebersamaan sesungguhnya yang hanya berlaku untuk kelompok tertentu saja.(lawannya Universalisme)
4) Askripsi yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak diperoleh berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan suatu keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau keturunan.(lawannya prestasi).
5) Kekabaran (diffuseness). Sesuatu yang tidak jelas terutama dalam hubungan antara pribadi tanpa ketegasan yang dinyatakan eksplisit. Masyarakat desa menggunakan bahasa tidak langsung, untuk menunjukkan sesuatu. Dari uraian tersebut (pendapat Talcott Parson) dapat terlihat pada desa-desa yang masih murni masyarakatnya tanpa pengaruh dari luar.
Selain karakteristik masyarakat tradisional di atas, adapula beberapa ciri-ciri masyarakat tradisional yang diantaranya adalah:
1) Tingkat perkembangan iptek rendah sehingga produksi barang dan jasa juga rendah.
2) Jumlah anggota relative kecil.
3) Tingginya buta hurup.
4) Pembagian kerja dan spekulasi sederhana.
5) Sedikit sekali diperensiasi sosial.
6) Tidak banyak beorganisasi dalam kebudayaan.
7) Memiliki orde atau aturan yang sama.
8) Hidup terpisah jauhdari keramaian.
9) Kehidupan social besipat statis.
10) Kehidupan lebih cenderung tertutup dan bergantung pada alam dan nasib.
11) Takut dengan hal-hal baru yang belum mereka kenal.
12) Percaya kapada tahayul atau hal yang berbau mistik.
Dengan adanya ciri-ciri itu dapat membedakan antara satu karakter manusia yang hidup dalam suatu masyarakat yang tidak di punyai oleh masarakat yang tidak termasuk kedalam masyarakt tradisional (W.B Werteim,1999:25).
3. Masyarakat Modern
a. Pengertian Masyarakat Modern
Masyarakat modern adalah masyarakat yang menempatkan mesin dan teknologi pada posisi yang sangat penting dalam kehidupannya sehingga mempengaruhi ritme kehidupan dan norma-norma. Hubungan antar orang telah digantikan dengan kehadiran media dan barang-barang elektronik. Dalam sebuah keluarga modern, bisa jadi anak bukan merupakan pewaris tradisi keluarganya, tetapi dia mewakili tradisi yang jauh lebih besar yang datang dari negara maju, seperti Amerika atau Jepang. Hal itu terjadi karena pusat pembentukan karakter dan orientasi anak tidak lagi pada orang tua, tetapi pada pusat-pusat kekuasaan baru yang mengendalikan system social dan moral, seperti televisi, internet, dan handphone.
Di suatu tempat di mana penduduknya berasal dari daerah-daerah yang di kawasan perkotaan, masyarakat modern bercorak multietnis. Mereka mengalami problematika dalam interaksi social karena bermukim berbeda. Tiap-tiap orang memiliki masalalu yang berbeda-beda dan ikatan-ikatan tradisional cenderung tidak berlaku karena pengalaman tradisional antaretnis tidak dapat dikomunikasikan. Dengan demikian, masyarakat modern membutuhkan simbol universal dari tata nilai yang pernah diimajinasikan bersama.
b. Ciri-ciri Masyarakat Modern
Ciri-ciri masyarakat kota yang bisa dikatakan sebagai ciri masyarakat modern menurut Talcott Parson antara lain :
1) Netralitas efektif, memperhatikan sikap netral, mulai sikap acuh tak acuh sampai tidak memperdulikan jika menurut pendapatnya tidak ada sangkut pautnya dengan kepentingan pribadinya.
2) Orientasi diri, menonjolkan kepentingan pribadi dan tidak segan-segan menentang jika dirasa tidak cocok atau diasakan melanggar kepentingannya
3) Universalisme, berpikir objektif, menerima segala sesuatu secara objektif
4) Prestasi, suka mengejar prestasi, karena prestasi mendorong orang terus maju.
5) Spesifitas, menujukkan sesuatu yang jelas dan tegas dalam hubungan antara pribadi, maksudnya niat dinyatakan secara langsung
Ada beberapa ciri masyarakat modern lainnya yang membedakan dengan masyarakat transisi dan tradisional adalah:
1) Hubungan antar manusia dilakukan atas kepetingan bersama.
2) Hubungan dengan masyarakat dilakukan secara terbuka dan saling mempengaruhi.
3) Percaya kepada iptek yang membawa kesejahteraan masyarakat.
4) Masyarakat digolongkan menurut profesi dan keahlian.
5) Tingkat pendidikan tinggi dan merata.
6) Hukum yang berlaku adalah hukum yang tertulis.
7) Ekonomi yang di gunakan adalah ekonomi pasar dengan menggunakan uang sebagai alat tukarnya (W.B Werteim,1999:28).
Pembangunan pada masyarakat modern sudah berdiri bangunan mewah yang serba dilengkapi dengan kemudahan kebutuhan dan fasilitas. Gedung-gedung rekreasi sudah menjadi modern dalam kehidupan sehari-hari yang membudaya pada masyarakat yang luas dan kehidupan mereka yang disekitar mereka dihadiri dengan kemewahan dan barang-barang yang serba butuh keahlian untuk memakainya.
D. PERMASALAHAN PADA MASYARAKAT TRANSISI
Suatu pola sistem kehidupan transisi, senantiasa ditandai oleh adanya gejala kekurangan serasian, disebabkan terdapatnya pranata sosial lama yang masih hidup serta menghadapi pranata sosial yang baru yang belum banyak terserap dan terpahami manfaatnya secara tuntas. Pada masyarakat yang mengalami transisi, masyarakat itu sendiri akan mudah terjepit antara norma-norma lama dengan norma-norma baru (yang kadang-kadang belum terbentuk).
Fenomena yang terjadi dalam masyarakat kita ini, kita sebut jual beli suasana karena ada perubahan transformasi. Proses transformasi itu dlangsungkan bisa karena memang kita sungguh-sungguh perlu mengembangkan diri. Tetapi bisa juga karena latah, memanjangkan naluri epigonisme budaya, mengejar gengsi, atau bisa jadi untuk menutupi rasa inferoritas etnik di tengah apa yang kita sangka supermasi dunia budaya internasional. Yang jelas transformasi budaya itu tidak harus merupakan peralihan dari tradisional menuju modernitas, bisa jadi yang berlangsung sebaliknya.
Akibatnya kehidupan masyarakat sudah berubah situasinya khususnya pada kebudayaannya.
a. Bentuk kesenian tradisional semakin terdesak oleh kesenian modern
b. Bentuk peralatan tradisional semakin terdesak oleh peralatan modern
c. Kerja fisik manusia semakin berkurang karena diganti nya dengan mesin
d. Lahirnya sikap idividulalis, materialisme dan sikap hidup mewah dalam kehidupan sosial, terutama bagi masyarakat yang sukses dalam bidang ekonomi
e. Semakin pudarnya prinsip-prinsip kekeluargaan dalam kehidupan bermasyarakat.
f. Hilangnya nilai-nilai hidup ruhaniah
g. Hasil pembangunan yang belum dapat dinikmati secara menyeluruh dan merata oleh rakyat berakibat terjadinya kesenjangan sosial antara orang yang berhasil dan orang yang tidak atau belum berhasil,
Permasalahan yang menyangkut masyarakat transisi juga akan muncul dampak kenakalan remaja, karenta nilai serta norma yang lama sebagai demografi dari usia masyarakat tentunya membuat adopsi budaya yang berasal dari luar dan hal ini tentu membuat budaya sendiri menjadi terabaikan.
Oleh karena itu, nilai dan norma yang baru dan terbentuk di masyarakat tentu akan mengurangi eksistensi dari nilai da norma yang lebih dahulu ada. Nilai dan norma yang semakin ditinggalkan tersebut dikarenakan tidak lagi sesuai dengan perkembangan jaman yang ada. Hal ini lah yang membuat kebudayaan lama semakin menghilang perlahan. Padahal kebudayaan nasional sebagai jati diri bangsa, suatu bangsa yang hilang identitas jati dirinya akan terombang ambing dalam menghadapi tantangan yang dihadapi oleh bangsanya.
E. PENDEKATAN DAKWAH TERHADAP MASYARAKAT TRANSISI
Untuk mencapai tujuan dakwah dimanapun berada, sangat perlu untuk diterapkannya pendekatan. Begitu pula pada masyarakat transisi. Tak jauh beda dari masyarakat daerah lainnya, masyarakat transisi pun perlu diterapkan pendekatan agar bisa merubah keadaan daerah.
Sebagai syarat mutlak kesempurnaan dan keselamatan hidup masyarakat. Pendekatan dakwah model ini meliputi: pendekatan sosial –politik, pendekatan sosial-budaya, pendekatan sosial-ekonomi, dan pendekatan sosial-psikologi, lalu di sederhanakan dua pendekatan yaitu pendekatan dakwah struktural dan pendekatan dakwah kultural. Pendekatan strktural atau pendekatan politik. Harus ada para politikus dalam legislatif yang berjuang membuat undang- undang yang menjamin kehidupan yang lebih islami. Dan pendekatan kultural atau sosial-budaya dengan membangun moral masyarakat, memberikan pendidikan yang memadai untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan sebagainya. Pendekatan dakwah dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu:
1. Pendekatan Sosial
Pendekatan ini didasarkan atas pandangan bahwa penerima/mitra dakwah adalah manusia yang bernaluri sosial serta memiliki keterkaitan dan ketergantungan dengan orang lain. Interaksi sosial manusia ini meliputi semua aspek kehidupan yaiu interaksi budaya, pendidikan, politik, dan ekonomi. Oleh karena itu, pendekatan sosial ini meliputi:
a. Pendekatan Pendidikan
Pendidikan merupakan kebuuhan dan sekaligus tuntutan masyarakat, baik pendidikan formal, nonformal, maupun informal. Lembaga-lembaga pendidikan peranannya dalam pembentukan kecerdasan yang bersangkutan, kedewasaan wawasan serta pembentukan manusia moralis yang berakhlakul karimah sebagai objek maupun subjek pembangunan manusia seutuhnya.
b. Pendekatan Budaya
Setiap masyarakat memiliki budaya sebagai karya mereka sekaligus sebagai pengikat kebutuhan mereka. Para wali songo, yang memandang bangsa Indonesia dengan budaya yang tinggi secara tepat menggunakan budaya dalam dakwahnya, dan ternyata membawa hasil.
c. Pendekatan Politik
Banyak hal yang tidak dapat diselesaikan dengan pendekatan lain kecuali dengan pendekatan politik, melalui kekuasaan. Bahkan hadis Nabi secara khusus memerintahkan amr ma’ruf nahi munkar dengan‚fal yug{oyyir biyaadihi‛ artinya melakukan nahi munkar tersebut dengan kekuasaan (politik) pada penguasa.
d. Pendekatan Ekonomi
Ekonomi termasuk kebutuhan asasi dalam kehidupan setiap manusia. Kesejahteraan ekonomi memang tidak menjamin suburnya kehidupan keimanan seseorang, akan tetapi sering kali kekafiran akan membawa seseorang pada kekufuran, adalah merupakan realitas yang banyak kita temukan. Pendekatan ekonomis dalam pelaksanaan dakwah pada masyarakat yang minus ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan hidup atau disebut dengan dakwah bil hal mutlak dilakukan sebagai pendukung stabilitas keimanan dan kontinuitas ibadah masyarakat.
2. Pendekatan Psikologis
Pendekatan ini meliputi dua aspek, yaitu:
a. Citra pandang dakwah terhadap manusia sebagai makhluk yang memiliki kelebihan dibanding dengan makhluk lainnya. Oleh karena itu, mereka harus dihadapi dengan pendekatan persuasif, hikmah, dan kasih sayang.
b. Realita pandang dakwah terhadap manusia yang disamping memiliki beberapa kelebihan, ia juga memiliki berbagai macam kekurangan dan keterbatasan. Ia sering kali mengalami kegagalan mengomunikasikan dirinya ditengah-tengah masyarakat sehingga terbelenggu dalam lingkaran problem yang mengggangu jiwanya.
Oleh karena itu dakwah harus memandang setiap mitra dakwah sebagai manusia dengan segala problematikanya. Pendekatan psikologis ini terutama bagi mereka yamg memerlukan pemecahan masalah rohani, baik dengan bimbingan dan penyuluhan maupun dengan metode-metode yang lain.
Terdapat dua pendekatan dakwah yaitu pendekatan dakwah yang terpusat pada pendakwah dan pendekatan dakwah yang terpusat pada mitra dakwah. Pendektan terpusat pada pendakwah menurut unsur-unsur dakwah lainnya menyesuaikan atau bekerja sesui dengan kemampuan pendakwah; pesan dakwah manakah yang mampu di gunakan oleh pendakwah; media dakwah manakah yang mampu dimanfaatkan pendakwah. Pendekatan yang kedua yaitu pendekatan terpusat pada mitra dakwah memfokuskan unsur-unsur dakwah pada upaya penerimaan mitra dakwah.
Kewajiban pendakwah adalah menyampaikan pesan pendakwah hingga mitra dakwah memahaminya (al-balagh al-mubin). Aspek kognitif (pemahaman) mitra dakwah terhadap pesan dakwah lebih ditekankan daripada aspek efektif (sikap) dan psikomotorik (tingkah laku) mereka. Targetnya adalah kelangsungan berdakwah.
Hukum berdakwah adalah fardlu’ain artinya setiap muslim wajib berdakwah sesuai dengan kemapuannya masing-masing, pendekatan dakwah yang terpusat pada mitra dakwah berupa mengubah keagamaan mitra dakwah. Tidak hanya pada tingkatan pemahaman, tetapi lebih dari itu, yaitu mengubah sikap dan perilaku mitra dakwah. Pendekatan dakwah dibagi menjadi 3 yaitu: pendekatan budaya, pendekatan pendidikan dan pendekatan psikologis. Pendekatan dakwah dengan budaya harus memperhatikan kebiasaan dan adat istiadat antarbudaya. Dakwah antar budaya adalah proses dakwah yang mempertimbangkan kebudayaan antar subjek dakwah dan objek dakwah dan keragaman penyebab terjadinya gangguaninteraksi pada tingkat intra dan antarbudaya agar pesan dakwah dapat tersampaikan dengan tetap terpeliharanya situasi damai. Dimana pendekatan dakwah ini di gunakan agar mencerdaskan dan cencerahan masyarakat, membangun masyarakat, juga peningkatan sosial budaya masyarakat sebagain pentransformasian dan pelembagaan masyarakat.
Dalam syarah imam Nawawi dijelaskan, bahwa yang disebut dengan kemungkaran adalah segala sesuatu yang dilarang oleh syari’at, ada juga yang mengatakan kemungkaran adalah segala sesuatu yang dipandang buruk menurut syara' dan akal. kemungkaran yang harus diubah adalah kemungkaran yang terlihat oleh mata. Jika tidak terlihat oleh mata namun diketahui, maka ini termasuk dalam pembahasan ini. Kalimat ‚hendaknya ia merubahnya‛dipahami sebagai perintah wajib bagi segenap kaum muslimin. Karena di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah telah ditetapkan perintah wajib untuk amar ma’ruf nahi munkar.
Namun amar ma’ruf dan nahi munkar yang dibebankan kepada kaum muslim, jika ia telah melaksanakannya, tapi orang yang diberi peringatan tidak mau melaksanakannya, maka pemberi peringatan telah terlepas dari celaan. Allah berfirman: (QS. Al-Maidah 5:9)
“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan yang beramal saleh, (bahwa) untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.”
Menegakkan amar ma’ruf nahy munkar berdasarkan penjelasan hadis riwayat sahabat Khudaifa, ada beberapa tahapan yang perlu diperhatikan dalam berdakwah. ini sesuai dengan kemampuan dan kedudukan orang yang memberi peringatan tersebut. Sebagaian ulama berpendapat bahwa merubah dengan tangan adalah kewajiban para penguasa, megubah dengan lisan adalah bagi para Ulama, dan merubah dengan hati adalah untuk seluruh orang yang beriman.
Jika seseorang masih merasa dirinya belum baik, maka bukan berarti ia harus membiarkan suatu kemunkaran yang ada dihadapannya. Jadikanlah nasihatnya itu sebagai cambuk untuknya, agar ia pun merasa malu, dan akhirnya mau melaksanakan apa yang ia perintahkan kepada orang lain.
Walaupun idealnya, orang yang memberikan nasihat itu adalah orang yang baik, yang mau menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya.
Menurut al-Faqih, syarat yang melakukan amar ma’ruf nahi munkar ada 5 yaitu:
a. Mempunyai ilmu,
b. Ikhlas karena Allah,
c. Ramah dan penuh kasih sayang,
d. Sabar,
e. Ia berusaha untuk melakukan apa yang ia suruh kepada orang lain. Amar ma’ruf nahi munkar adalah kewajiban semua orang yang mengaku beriman kepada Allah dan rasul-Nya. Dunia ini akan terus tegak berdiri, semasih kita mau melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar. Dan kita harus berusaha memenuhi syarat-syarat di atas, agar apa-apa yang kita usahakan itu diterima dan diridhoi Allah Swt. Pelajaran yang terdapat dalam hadits :
1. Menentang pelaku kebatilan dan menolak kemunkaran adalah kewajiban yang dituntut dalam ajaran Islam atas setiap muslim sesuai kemampuan dan kekuatannya
2. Ridho terhadap kemaksiatan termasuk diantara dosa-dosa besar.
3. Sabar menanggung kesulitan dan amar ma’ruf nahi mungkar.
4. Amal merupakan buah dari iman, maka menyingkirkan kemunkaran juga merupakan buahnya keimanan.
5. Mengingkari dengan hati diwajibkan kepada setiap muslim, sedangkan pengingkaran dengan tangan dan lisan berdasarkan kemampuannya.
Jadi pendekatan dakwah adalah cara Agar dakwah lebih mudah diterima mitra dakwah, sebagai pendakwah kita harus melakukan beberapa pendekatan dakwah misalnya, sang pendakwah harus bisa memahami kondisi mitra dakwah baik itu emosi maupun keadaan kebiasaan dan kebudayaannya,setelah itu sang pendakwah bisa mengetahui kondisi mitra dakwah dan selanjutnya sang pendakwah bisa menciptakan strategi untuk menghadapi mitra dakwah.
Untuk itulah diperlukannya strategi yang pasti untuk dapat masuk dalam kehidupan mereka dan mengajarkan agama islam dengan pelan-pelan tapi pasti. Sehingga mereka dapat mengerti maksud dari makanan haram dan akibat yang ditimbulkan karena telah memakannya. Inilah kenapa begitu penting pendekatan, metode, dan taktik dakwah sebelum melakukan dakwah, apalagi terhadap orang yang awam sepeti yang dikatakan diatas.
F. CARA BERDAKWAH TERHADAP MASYARAKAT TRANSISI
Metode adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan.
Dalam melakukan dakwah metode sangat diperluak agar materi atau pesan yang disampaikan kepada Mad’u bisa diterima dan direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika seorang Da’i berdakwah maka ia harus menggunakan metode yang tepat sesuai dengan kondisi dari mad’u tersebut.
Menurut Sayyid Quthub metode dakwah sekurang-kurangnya menyangkut tiga hal pokok yakni: kaidah umum dalam islam, prinsip-prinsip metode dakwah dan sistem pergerakan dakwah. Sebagaimana firman Allah dalam Al-quran Surat An-nahl ayat 125.
Yang artinya: “Serulah (manusia) ke jalan tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka denga cara yang baik.Sesungguhnya tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat di jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Dalam ayat diatas dikatakan bahwa ada 3 metode dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad, diantaranya denga hikmah,mauidzoh hasanah dan mujadil hiya ahsan.
1. Bil Hikmah
Menurut Syekh Muhammad Abduh hikmah mengetahui rahasia dari faedah segala sesuatu unsur yang tercakup dalam pelaksanaan dakwah, yaitu:isi dakwah, unsur manusia yang dihadapi,unsur kondisi (ruang dan waktu), unsur bentuk dan cara dakwah atau metode.
Dalam dunia dakwah hikmah adalah penentuan suskses atau tidaknya dakwah dalam menghadapi mad’u yang beragam tingkat pendidikan, strata sosial dan latar belakang budaya. Dalam metode Hikmah ini seorang Da’i harus mampu memahami tingkat kecerdasan dan pemahaman mad’u dari berbagai kalangan, agar pesan dakwahnya mudah diterima. Selain itu seorang Da’i tidak hanya sebatas menyampaikan pesan saja namun apa yang ia katakan itu harus selaras dengan apa yang ia lakukan, dalam artian dia juga harus mengaplikasikan dalam kehidupannya, agar mad’u bisa mengikutinya.
2. Maui’zhah Hasanah
Secara bahasa maui’zah Hasanah terdiri dari dua kata mauizhah dan Hasanah. Kata Mauizah berasal dari kata وعظ-يعظ-وعظ-عظة berarti nasihat, bimbingan, pendidikan dan peringatan sementara hasanah merupakan kebalikan dari sayyi’ah yang artinya kebaikan lawan dari kejelekan.
Menurut Ali Musthafa Yakup, Mau’izhah Hasanah adalah “ucapan berisi nasihat-nasiahat baik dan bermanfaat bagi orang yang mendengarkannya atau argumen-argumen yang memuaskan sehingga pihak mad’u dapat membenarkan apa yang disampaikan oleh Da’i”.
Jadi metode Mau’izhah hasanah adalah sebuah cara yang dilakukan seorang da’i dengan menyentuh hatinya menggunakan tutur kata dan bahas yang baik dan tidak menyinggung, sehingga mad’u dapat menerima pesannya dengan baik. Maka dengan itu seorang da’i hendaklah menggunakan dan menguasai metode ini dan da’i harus mampu menyesuaikan dan mengarahkan pesan dakwah sesuai dengan tingkat berfikir dan lingkup pengalaman dari objek dakwahnya, agar tujuan dakwah sebagai ikhtiar untuk mengaktualisasikan nilai-nilai ajaran islam ke dalam kehidupan pribadi atau masyarakat dapat terwujud.
3. Al-Mujadalah Bi Al-Lati Hiya Ahsan
Menurut bahasa kata mujadalah diambil dari kata “Jadala”yang artinya memintal, melilit, namun apabila kalimatnya menjadi “mujadalah” maka maknanya berubah menjadi perdebatan. Sedangkan menurut istilah Al-mujadalah berarti upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan diantara keduanya. Sedangkan menurut Dr.Sayyid Muhammad Thantawi ialah suatu upaya yang bertujuan untuk mengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikan argumentasi dan bukti yang kuat.
Dari pengertian daiatas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengna Al-mujadalah adalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis yang tidak dapatmelahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat. Antara yang satu dengan yang lainnya saling menghargai, dan keduanya berpegang teguh dalam hal kebanaran.
Al-mujadalah merupakan cara terakhir yang digunakan untuk berdakwah, karena cara ini digunakan kepada orang-orang yang tingkat ilmunya tinggi dan berpikir kritis. Dari ketiga metode di atas, maka dapat diwujudkan dalam beberapa bentuk dakwah, diantaranya:
a. Bil Lisan
Dakwah Bil Lisan merupakan bentuk penyampaian pesan-pesan kebenaran yang bersumber dari Al-quran dan hadits yang dilakukan dengan lisan secara langsung yang dilakukan dengan cermat, jitu, dan akurat sehingga tepat mengenai sasaran. Contohnya seperti khutbah jumat, khutbah hari raya, atau bahkan kajian.
b. Bil qalam
Dakwah bilqalam adalah dakwah yang menggunakan media tulisan seperti; majalah, koran, blog, fb dan masih banyak lagi yang lainnya.
c. Dakwah Bil Hal
Dakwah Bil Hal merupakan aktivitas dakwah isalam yang dilakukan dengan tindakan nyata atau amal nyata terhadap kebutuhan penerima dakwah. Sehingga tidakan dakwah tersebut sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh penerima dakwah. Sasaran dakwah Bil Hal mengacu kepada pengembangan masyarakat secara keseluruhan.
Dari metode dan bentuk dakwah yang dijelaskan di atas, maka yang cocok digunakan untuk dakwah di masyarakat transisi yaitu menggunakan dakwah Bil hal dan billisan yaitu dengan cara terjun langsung ke masyarakat. Adapun cara yang bisa diterapkan dalam melakukan dakwah di masyarakat transisi adalah:
1. Aspek Pengembangan Sumber daya Manusia
Dalam hal ini yang dilakukan oleh seorang da’I dalam menyiarkan agama Islam adalah dengan membangun sarana pendidikan, seperti sekolah, pesantren, dan melakukan pengajian majlis ta’lim dan mengadakan sekolah diniyah.
Berdasarkan fakta yang ditemukan bahwa masyarakat taransisi ini kehidupannya bisa dikatakan mengagantung, kesehariannya tidak seperti di kota dan tidak seperti di desa, jadi keadaannya masyarakat itu sudah mengalami perubahan, namun kebiasaannya yang kedesaan masih ada dan kerap dilakukan langsung.
2. Aspek Pengembangan Sumber Ekonomi Daya
Dalam kegiatan ini seorang Da’i melakukan dakwahnya dengan melibatkan para da’i dalam mendirikan sebuah lembaga perekonomian seperti koperasi, didalam kegiatan ini masyarakat dibimbing oleh seorang Da’i untuk berdagang sesuai dengan ajaran islam dan membimbingnya agar bisa berdagang sesuai dengan ajaran islam, selain itu dalam hal ini seorang da’i berusaha menyisipkan ajaran islam, seperti ketika mau rapat diwajibkan untuk do’a bersama terlebih dahulu dan diakhiri dengan do’a bersama juga.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Masyarakat transisi adalah masyarakat yang mengalami perkembangan dari situasi yang awalnya tradisional dan secara berangsur-angsur sudah mulai mengalami perkembangan kehidupan baik dalam tatanan sosial maupun struktur sosial.
Masyarakat transisi pun dapat dikatakan sebagai masyarakat yang mengalami perubahan dari suatu masyarakat ke masyarakat yang lainnya. Misalnya masyarakat pedesaan yang mengalami transisi ke arah kebiasaan kota, yaitu pergeseran tenaga kerja dari pertanian, dan mulai masuk ke sektor industri.
Ciri-ciri masyarakat transisi adalah:
1) Adanya pergeseran dalam bidang, misalnya pekerjaan, seperti pergeseran dari tenaga kerja pertanian ke sektor industri
2) Adanya pergeseran pada tingkat pendidikan. Di mana sebelumnya tingkat pendidikan rendah, tetapi menjadi sekarang mempunya tingkat pendidikan yang meningkat, dan daya pikir individu yang mengarah pada tujuan hidup yang sejahtera.
3) Mengalami perubahan ke arah kemajuan
4) Masyarakat sudah mulai terbuka dengan perubahan dan kemajuan jaman.
5) Tingkat mobilitas masyarakat tinggi.
6) Biasanya terjadi pada masyarakat yang sudah memiliki akses ke kota misalnya jalan raya.
7) Kehidupan masyarakatnya sudah berubah dari situasi yang tadinya tradisional
8) Sudah mengenal pembangunan
9) Alat yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari sudah agak berjual beli mahal
10) Kebudayaannya sudah baru
11) Sudah mengenal kesejahteraan hidup
12) Struktur sosialnya mengalami perubahan
13) Jalur akses perdagangan dan jalan wilayah mereka sudah akses cepat.
B. SARAN
Dalam mengahadapi masyarakat transisi yang merupakan masyarakat peralihan tradisional menuju modern memerlukan pendekatan baik masalah psikologis, sosiologis maupun pendekatan lain yang harus diterapkan pelaku dakwah agar pendekatan tersebut sesuai dengan situasi kondisi dan karakter masyarakat transisi
DAFTAR PUSTAKA
Abu Zahrah, Muhammad, Al-Da’wah ila Al-Islam, (Kairo : Dar al-fikr al-‘Arabi, 1998)
Acep Aripudin,Dakwah Antarbudaya, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012)
Asep Muhyiddin, Metode Pengembangan Dakwah, (Bandung, Rajawali, 2002)
DEPAG RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: PT. Grafindo Kumudasmoro, 1994)
Hajir Tajiri. Etika dan Estetika Dakwah. Bandung:Simbiosa Rekatama Media. 2015
Moh. Ali Aziz, Tafsir Ayat-ayat Bimbingan dan Konseling Islam, (Surabaya : FDK Uinsa, 2016)
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah,( Jakarta:Amzah, 2009 )
Soerjono Soekanto.Sosiologi Suatu pengantar. Jakarta:Rajawali Pers. 2009
W.B Werteim.Masyarakat Indonesia DalamTransisi.Yogyakarta: PT. Tiara WacanaYokya. 1999
Ahmad, Ayu. Hubungan Masyarakat Transisi dengan Masyarakat Lainnya. Diakses pada 5 Juni 2011. (http://httpmasyarakattransisi.blogspot.co.id/)
Kumpulan tugas selama kuliah, sastra, karya tulis ilmiah, dan cerita. Semoga bermanfaat. Bisa lihat juga blog saya yang lain di noviaanov.blogspot.com (udah gak bisa dibuka, lupa sandi) 😂😂
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tugas Besar ICT
Holaaa, ini link Tugas Besar ICT 2018 saya. Boleh disimak, tapi jangan dicopas:) terimakasih TubesICT_Novia Fauziyah KS_F7
-
MASYARAKAT TRANSISI MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Sosiologi Dakwah Dosen Pengampu : Rohmanur Aziz,S.Sos.I....
-
ANALISIS FILM “ANTWONE FISHER” MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Psikologi Bimbingan Konseling Dosen Pengampu : Elly Marl...
-
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah yang telah mencurah limpahkan rahmat dan inayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan tuga...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar