Senin, 22 Oktober 2018

Terbaliknya Dunia Arfan

Terbaliknya Dunia Arfan




"Oke, karena gue yang kalah. Lo mau apa? " pesannya tak lama muncul di messenger ku.
Ku ketik balasan padanya "karena gue jomblo. Gue mau elu buat Fansite yang ada nama gue nya di kertas yang lu pegang. Gampang kan? "
"Anjir lo, modus banget. "
"Gak pake lama elah. Buruan! "
Rindam pun tak lama kemudian mengirim foto sesuai permintaanku. Terbesit dalam pikiran untuk mengetes gebetanku, apakah ia cemburu atau tidak, sekaligus membuat teman-temanku terkaget dengan memajang foto Rindam sebagai foto profil akun facebookku.
Setelah foto profilku diganti oleh foto Rindam, tak lama teman-temanku pun berkomentar pada foto tersebut.
"Arfan, lu gak boong kan?  Anjir akhirnya lu dapet pacar juga. "
"Gila lo!  Keren udah dapet pacar baru. Nak mana? "Semoga langgeng Arfan, jangan php in cewek lain lagi ya. "
"Pake pelet apa lu, Fan? "
Semua kujawab dengan emoticon 😁. Sehingga membuat orang-orang bertanya akan maksudku. Dan Rindam, ikut berkomentar ria dalam foto profil facebookku yang baru "sudah kuduga😑"
Oke kini aku hanya harus menunggu respon gebetan yang telah lama kuincar itu.
Dan tak lama dia online!  Wow sesuatu yang sangat menegangkan sekali, apakah dia melihat foto akunku ini? Atau bersikap seolah tak peduli atas apa yang terjadi?
Oke tak ada respon apa-apa ternyata dari Firda. Akhirnya, pertahanan ku lumpuh, dengan segera aku mengujinya lewat pesan singkat yang biasanya selalu ia balas dalam waktu yang cepat.
"Fir, besok masuk sekolah kan?  Kagak libur? " pesanku berbasa-basi. 1 menit, 2 menit, 5menit, 10 menit...
"Iya. " dia membalas dengan satu kata ternyata. Berbeda sekali dengan Firda seperti biasanya.
"Libur kenapa emang? " balasku
1 jam menjelang, dan ternyata dia tak kunjung membalas pesanku, padahal aku tau dia sedang online. Apa dia sibuk?  Apa dia sedang marah padaku?  Karena apa?
"Errgh, sekali saja padahal seorang perempuan itu jangan kasih kode!  Gak ngerti akal pikirannya gimana. "Erangku membangkitkan badan dari atas kasur biruku.
"Apa tanya ke Nida aja? Hmm,kayaknya kan Firda deket sama Nida, siapa tau gue dapet info!  Eh tapi buat apaan gue kepo sampe segitunya? Gengsi amat. Tapi, gue penasaran!  Duh si Firda bisa aja buat gue jadi gini. "
Dan semalaman itu aku yang terkadang merasa tampan ini menjadi sulit tidur, sungguh! Hanya karena seorang Firda yang dia bukan siapa-siapa bahkan punya jabatan penting dalam hidupku. Tapi kenapa efeknya bisa membuatku kesetanan begini?
“Firdaaaaa, pelat apa sih yang lu pake buat gue? Aaaahhhhh…..” teriakku kencang

“Ada apa sih, Fan? Manggil mamah sampe segitunya?” ucap ibuku tiba-tiba muncul dari pintu kamarku yang terbuka sejak tadi

“Hah? Enggak mah, Arfan gak kenapa-napa. hehehe” cengirku

“biasalah mah, wong gendeng kan suka gitu.” Balas adikku berteriak dari kamar samping

Aku menghampirinya dengan membawa guling besar dari kamar dan guling itu berlabuh tepat di sasaran “ Dasar wong edaaaaannn”

 

Cukup Di Sudut Ini

Cukup di Sudut Ini


"Itu buat siapa Fiq? " mataku seolah menginterupsi pada kotak berbalut kertas kado berwarna biru yang sedari tadi dijinjingnya.
"Oh ini?  Buat Lia. Bagus gak kalau aku beri dia jam tangan baby G?  " tanyanya bersemangat.
Seutas senyum terkembang di wajahku "Bagus, dia pasti suka"
"Semoga aja ya, Ris. "
"Iya. Kapan kamu mau kasih ke Lia? " tanyaku berbasa basi agar tak menampakkan rasa cemburu di depannya.
"Pulang sekolah. Sekarang mau kumpul dulu sama anak-anak. Cabut dulu ya! " Fiqri pun pergi dari arah pandangku. Ya, hingga kini Fiqri tak tahu akan perasaanku. Bagaimana bisa ia menjadi berbalik memiliki rasa padaku padahal ia saja mendekatiku untuk sekedar bercanda. Mungkin aku terlalu berharap pada seorang Fiqri yang padahal ku tahu bahwa ia telah memiliki seorang kekasih yang selalu disayanginya, aku pun mengenal perempuannya tersebut. Pernah satu waktu, perempuannya itu cemburu atas interaksi kami berdua, mau tidak mau aku harus menjelaskan kejadian yang sebenarnya padanya. Karena semenjak kejadian itu, Fiqri menjadi berbeda padaku, dan yang kudengar, Fiqri lost contact dengan dirinya semenjak kejadian itu. Begitu besar pengaruhnya dalam hidup Fiqri bukan?  Dan dia adalah Lia, sosok yang beruntung bisa dekat dengan Fiqri, pantas saja jika Fiqri memilihnya, bisa dikatakan Lia adalah paket komplit dari tipe yang memang diidamkan oleh Fiqri sejak lama. Jadi wajar saja jika hingga kini aku tak memiliki celah sedikitpun untuk berharap agar Fiqri berbalik arah padaku dan aku bisa mengartikan setiap perhatiannya selama ini sebagai sebuah rasa sayang. Jika diperhatikan, aku lah yang selalu bersikap tak tenang saat Fiqri sedang sakit, akulah yang selalu mendengar tawa dan ocehannya tiap hari, akulah yang selalu menerima gombalannya di setiap waktu. Lalu mengapa Lia yang seolah berada jauh darinya yang bisa mendapatkan posisi di hati Fiqri?  Sungguh tak adil sebenarnya.
Tapi nyatanya, tak ada posisi yang bisa kumasuki untuk berada di dekatnya. Seberapa besar usahaku untuk menjadi seseorang yang  diinginkannya, tak akan bisa menggantikan posisi Lia di hidupnya. Jadi aku bisa apa untuk merubah kenyataan tersebut?

Sabtu, 20 Oktober 2018

Bully

Pernah dibully? jawabannya pernah. Saya pernah dibully saat kelas 8 MTs, lantaran saya awalnya akan memberitahukan pada guru bahwa teman-teman kelas saya telah mencontek. Dan, banyak sekali yang membully saya, mulai dari "Kamu so pinter banget ya. Mentang-mentang murid baru, deket sama guru." atau "So deket banget ya kamu sama guru." atau "Kamu tuh jangan so pinter, nov. Nanti kamu malah di jauhin sama temen-temen sekelas gara gara sikap kamu kayak gini. Belum tentu orang lain nerima kamu giniin. Jangan caper lah jadi orang!" asalkan kalian ketahui, mereka yang berani ngelabrak aku itu cowok semua berjumlah 10 orang lah, yang notabene mereka antek mencontek di kelas. Saya saat itu di posisi duduk paling belakang, jadi sasaran empuk banget lah ya buat ngebully tanpa di ketahui orang. Kemana siswi perempuan lainnya? mereka cuma berani ngelaporin doang ke siswa laki-laki tanpa berani labrak saya. Walaupun ada sebagian cewek yang bela aksi nekat saya ngelaporin yang nyontek, tapi saya tahu mereka gak akan merasa berdaya kalau berhadapan dengan para cowok yang bully saya. Kebayang lah ya saat itu, saya jadi sasaran 1:10. Gak ada yang bela ataupun ngedeketin, saat itu pokoknya merasa sendirian. Entah kemana gebetan yang saat itu saya sukai, pokoknya dia pun menjadi salah satu yang ingin protes terhadap aksi saya, tapi dia gak bisa (LOL).
Bisa disimpulkan lah ya kalau itu adalah salah satu dari bully secara verbal. Mental saya langsung down disana, gak ada yang support ataupun bela. Saya nangis disana, gak ada yang berusaha nguatin.hehe positive thinking aja, saya dulu kan murid baru jadi gak semua siswa tahu saya dibully, lagian kelas saya waktu itu diujung.
Kalau dibully secara non-verbal, dulu pernah diledek dan dianggap so pinter sama yang lain (masih di kelas yang sama). Malah provokatornya sampai nyembunyiin sepatu saya sebelah entah dimana, saya khawatir dan cemas lah disana. Untungnya ada temen yang bantu cariin. Serius, stress berada di kelas itu, malah saya pernah berencana pindah kelas tapi gak diizinin, dikarenakan saya terlanjur dibanggakan dan dijadikan unggulan oleh wali kelas, jadi kalau saya pindah, beliau gak ada siswa yang bisa diunggulkan di kelasnya.
Bukan hanya itu, kelas X dan XI pula saya pernah dibilang "so aktif" "so pinter(masih sama)" "so deket sama guru" ataupun "halah, paling nilainya juga berapa." dan yang paling drop itu dikala saya dapat nilai kecil, pasti ada yang ketawa puas dibelakangnya. Sakit lah ya.wkwk malah disana saya merasa mental down lagi, nangis tapi gak bisa karena malu. Akhirnya dipendem dan nilai jadi turun, keaktifan di kelas juga turun, sampe wali kelas nanyain "ada apa dengan Novia?"
Jika diambil dari sebuah cerita saya gini, bisa disimpulkan bahwa bully dalam berntuk apapun itu bisa banget buat orang jadi down bahkan drop mentalnya. Bisa sampe turun prestasinya, gak percaya diri, takut, pesimis, bahkan gak semangat belajar lagi karena takut diomongin.
Bahkan jika orang yang dibully tersebut gak berani move up, dia bakal terus aja di titik terendah, tanpa bisa atau berani lagi untuk meningkatkan prestasinya. Kelihatannya sepele memang ya, apalagi cuma dari kata-kata, tapi please buka mata, makanya ada pribahasa itu pasti ada maksudnya. Ya, peribahasa "mulutmu, harimaumu" tajam walau sepele itulah ucapan. Jadi kalau mau kritik, boleh. Asalkan dengan cara dan kalimat yang sopan, bukan seenak diucapan aja.
Sekilas aja sih ya pengalaman terbully dari saya, mungkin bisa dijadikan bahan pertimbangan kalau mau mengkritik orang, agar tidak adanya korban dari perkataan yang tajam ini. Terimakasih

Ice Breaking


Nama                           : Novia Fauziyah Kurnia Setiawan
NIM                            : 1164010113
Kelas                           : BKI 5C
Mata Kuliah                : Konseling Kelompok
Dosen Pengampu        : Novi Hidayati Afsari, S.Kom.I.,M.Ag

ICE BREAKING
“Fokus, Tentara!”
a.       Durasi                          : 10 Menit
b.      Jumlah Peserta            : 20 orang
c.       Bahan/alat                   : 1. Papan Tulis
d.      Tata Cara                     :
1.      Konselor menyuruh para konseli untuk membuat kelompok dengan masing-masing anggota berjumlah 5 orang (tidak boleh lebih)
2.      Para Konseli dibuat membentuk barisan berjajar ke belakang sesuai kelompok masing-masing.
3.      Posisi masing-masing kelompok, yakni yang ditunjuk kelompok 1 berhadapan dengan kelompok 2, dan kelompok 3 berhadapan dengan kelompok 4. Yang berarti kelompok 1 bersebelahan dengan kelompok 3, dan kelompok 2 bersebelahan dengan kelompok 4.
4.      Setiap kelompok merundingkan nama kelompoknya masing-masing. Dan fasilitator menuliskan nama-nama kelompok tersebut beserta ketuanya, agar mudah diingat namanya oleh kelompok lain.
5.      Fasilitator mengawasi permainan yang berlangsung, agar tidak terjadi kecurangan dan mengetahui anggota kelompok yang melakukan kesalahan.
6.      Konselor menjelaskan bahwa konseli dari setiap kelompok yang baris paling depan berposisi sebagai ketua, dan wajib mengucapkan kalimat “Siap, (menyebutkan nama kelompok) setiapkali di sebut nama kelompoknya dengan kelompok lain dengan menggunakan gaya yang telah ditentukan (sikap tegap).
7.      Konselor menjelaskan pula kepada anggota kelompok yang berposisi di urutan kedua, untuk mengucapkan “Angkat senjata” setelah anggota di posisi 1 menyebutkan kalimat yang seharusnya diucapkan dengan menggunakan gaya yang telah ditentukan (bergaya seolah sedang mengangkat senjata dengan mengarah kearah depan).
8.      Konselor menjelaskan kepada anggota kelompok di posisi ketiga, untuk mengucapkan “Kokang senjata” setelah anggota kedua selesai mengucapkan kalimatnya dengan menggunakan gaya yang telah ditentukan (seolah sedang menyiapkan senjata dan menekan trigger/pemicu).
9.      Konselor menjelaskan kepada anggota di posisi keempat untuk mengucapkan “Bidik sasaran” setelah anggota ketiga mengucapkan kalimatnya dengan menggunakan gaya yang telah ditentukan (seolah akan membidik kearah lawan, mata didekatkan ke ujung atas pegangan senjata).
10.  Konselor menjelaskan kepada anggota kelompok di posisi terakhir, untuk mengucapkan “Tembak, (menyebutkan nama kelompok lain yang nantinya langsung menyaut)” setelah anggota keempat selesai mengucapkan kalimatnya dengan menggunakan gaya yang telah ditentukan (mengarahkan senjata kearah lawan).
11.  Konselor mengingatkan agar setiap anggota kelompok masing-masing mengucapkan kalimatnya secara cepat dan tepat.
12.  Konselor berhak menentukan kelompok mana yang memulai permainan dengan menyebutkan nama kelompoknya.
13.  Anggota kelompok yang salah mengucapkan kalimatnya, harus keluar dari permainan. Serta dimisalkan apabila anggota kelompok posisi 2 yang salah, maka anggota kelompok 3 yang diharapkan mengucapkan kalimat anggota posisi 2. Apabila anggota posisi lain yang salah, maka anggota yang berada di posisi belakang yang akan mengganti posisinya mengucapkan kalimat anggota yang keluar. Dan apabila anggota posisi 5 yang salah mengucapkan, maka anggota posisi keempat yang mengucapkan kalimat anggota di posisi 5. Tapi ini bisa diubah ketentuannya sesuai kebijakan masing-masing kelompok, asalkan tidak ada kalimat yang terlewat.
14.  Anggota kelompok yang lama mengucapkan kalimatnya, maka diharuskan keluar. Begitu juga yang berlaku curang.
15.  Kelompok yang bertahan dengan anggota kelompok terbanyak di akhir permainan ialah pemenangnya.
e.       Manfaat dan Tujuan                :
1.      Untuk meningkatkan tingkat fokus peserta
2.      Dicapainya kerjasama antara satu sama lain
3.      Melaksanakan perintah dengan baik sesuai tugasnya masing-masing
4.      Meningkatkan rasa solidaritas
5.      Berfikir cepat dalam melakukan tugas
6.      Bisa merangkap berbagai tugas atau dalam kata lain menanggulangi segala kemungkinan yang terjadi dengan mengerjakan tugas sendiri dan orang lain.
f.       Kriteria Konselor                    : Ramah dan bersemangat, serta jika bisa mengikuti perilaku para konseli, agar permainan cenderung lebih santai dan tidak terlalu kaku.
g.      Jumlah Fasilitator                    : 1 orang (hanya untuk menulis nama kelompok dan mengawasi jalannya permainan)
h.      Batasan Usia Peserta               : Remaja (13+)

Identifikasi Film


Nama                           : Novia Fauziyah Kurnia Setiawan
NIM                            : 1164010113
Kelas                           : BKI 5C
Dosen Pengampu        : Elly Marlina, S.Ag.,M.Si

IDENTIFIKASI FILM
“The Impossible Dream”
A.    Kondisi Keluarga
Keluarga yang diceritakan dalam film, merupakan keluarga yang hanya diurus kegiatan rumah tangganya oleh seorang istri. Sehingga terjadi kesenjangan kegiatan yang tidak seimbang antara anggota keluarga yang satu dengan yang lain. Rumah yang terlihat berantakan seakan sudah menjadi hal yang biasa, dan hal itu takkan diperbaiki menjadi lebih baik selain oleh sang istri yang dibantu oleh anak perempuannya.
B.     Kondisi Istri
Sang Istri merupakan ibu rumah tangga yang merangkap sebagai karyawan pabrik (menjahit) di sebuah perusahaan. Rumah yang seringkali terlihat tidak karuan, acak-acakan pasti hanya dibereskan oleh dirinya. Mulai dari pagi hingga petang, seperti membereskan kamar tidur, mencuci piring, memasak, menyetrika, menjahit baju dengan dirajut, menimang anak yang paling kecil. Bahkan di film tersebut terlihat sekali bahwa sang istri tidak memiliki waktu yang panjang untuk istirahat. Yang sangat patut untuk ditiru ialah saat sang istri dengan penghasilannya yang minim, ia masih mengingat keluarganya, dengan membelikan uang hasil kerjanya dengan membeli makanan, juga masih peduli serta berkorban saat makan, ia hanya kebagian sedikit makanan dibandingkan anggota keluarga yang lain. Tak hanya itu, terkadang ia istirahat pun di akhir hari saat tugas rumah telah diselesaikan oleh dirinya, hal tersebut terjadi karena ia melakukan semuanya sendiri tanpa ada bantuan, ada bantuan pun hanya datang dari anak perempuannya. Padahal anggota keluarga disana berjumlah 5 orang. Jauh dalam mimpinya, ia ingin sekali bekerja sama dengan suaminya bahkan anak laki-lakinya dalam mengerjakan tugas rumah, komunikasi yang selalu terjalin, saling membantu dan mengerti juga adanya ketentraman antara anggota keluarga yang satu dengan lainnya ingin sekali menjadi nyata. Sehingga tidak akan terasa lelah di salah satu pihak.
C.     Kondisi Suami
Sang suami yang bekerja menjadi kontraktor bangunan, mengawali paginya dengan tanpa membantu istrinya. Disini terlihat sekali bahwa sang suami tidak peka akan semua kesibukan istrinya yang diatasinya sendiri. Ia hanya ingin dilayani dan menikmati hidupnya sebagai kepala keluarga. Bahkan melihat sang istri yang sibuk sendiri mengerjakan semua kegiatan pun tak serta merta membuat dirinya tersentuh dan langsung membantu istrinya. Saat di tempat kerjanya pula, ia masih sempat-sempatnya menggoda wanita lain di belakang istrinya. Penghasilannya 2x lebih besar dibanding istrinya, tapi yang salah pula disini ialah setelah mendapatkan uang dari hasil kerjanya, sang suami malah pergi ke bar atau restoran dengan teman-teman kerjanya, tanpa memikirkan kondisi keluarganya diluar sana. Suatu waktu, saat ia menonton film dengan istrinya, ada sebuah film yang sangat menggambarkan kondisi istrinya, ia peka hal tersebut, tapi tidak ada rencana untuk merubahnya menjadi lebih baik dan teratur, hal ini menggambarkan bahwa sang suami merasa tersindir karena sebuah film tersebut, sehingga ia langsung mematikan televisi tanpa ingin istrinya melanjutkan nonton film tersebut.
D.    Kondisi Anak Pertama dan Kedua
Dapat dilihat dari film ini, perilaku sang kakak (anak laki-laki) menurun dari ayahnya. Yakni tidak peka dan tidak ikut membantu semua kegiatan dengan ibu dan adiknya. Ia juga hanya ingin dilayani tanpa peduli kondisi sekitarnya. Padahal akan lebih baik jika ia membantu semua pekerjaan rumah, selalu berkomunikasi dan kerjasama pula dengan adiknya, baik itu perihal tugas rumah maupun membantu adiknya dalam mengerjakan tugas sekolah.
Sedangkan kondisi anak perempuannya, ia cukup peka dengan kondisi ibunya. Ia membantu hal-hal kecil dari sebagian tugas rumah, seperti membereskan barang-barang. Hal ini cukup meringankan beban ibunya di rumah.
E.     Penyelesaian Masalah dengan Konseling Psikologi Individual
Sikap sang ibu yang mengerjakan tugas rumah dalam waktu yang bersamaan juga bekerja paruh waktu di luar rumah menandakan bahwa ia memiliki sikap masculine protest, yang menjadikan wanita lebih superior dan memiliki kekuatan masculine berupa mencapai berbagai peran pria.
Di sisi lain, sikap ayah yang setiap pulang dari pekerjaan malah berkumpul dengan teman-temannya menandakan bahwa ia memiliki sifat sosial yang berusaha mencari tempat dalam masyarakat dan berusaha membangun satu kesatuan di dalamnya.
Sikap anak laki-laki yang cenderung menjadi anak manja dalam keluarganya, serba ingin dilayani menandakan bahwa anak laki laki tersebut mengalami inferiority complex. Hal tersebut juga berasal dari asuhan kedua orangtuanya, yang mana tugas rumah cenderung dilakukan oleh ibunya, dan ayahnya hanya serba ingin dilayani, sehingga anak tersebut menganggap bahwa hal tersebut wajar saja dilakukan (tidak peduli kepada tugas rumah yang seharusnya saling berbagi). Sikap sang ibu yang selalu melayani dan melindunginya pula menandakan bahwa ibu tersebut memiliki kelainan superior, atau dalam kata lain melakukan pula hal-hal yang seharusnya dilakukan oleh seorang laki-laki (masculine protest).
Jika dibiarkan terus menerus, maka anak laki-laki tersebut akan mempunyai perilaku yang sama dengan ayahnya, yang memiliki kelebihan sikap inferior, sehingga harus dikurangi. Sikap inferior sang ayah bisa terlihat dari tujuan hidupnya yang belum tertata secara sempurna, seakan hidup sendiri dan tidak perhatian kepada keluarganya (saat minum ke bar bersama teman-temannya, membiarkan istrinya mendapatkan porsi makan yang sedikit, dan tidak membantu pekerjaan rumah). Hal tersebut telah menjadi kebiasaan yang salah dalam hidupnya. Diharapkan agar melalui proses konseling, ayah menjadi bersikap selalu memberi kasih sayang kepada anggota keluarganya dan bersikap peka. Juga meningkatkan kegiatannya atau semangat melakukan aktivitasnya terutama di rumahnya sendiri. Masalah yang ada pada sang ayah selain itu ialah kurang memahami sikap superioritas yang dianggapnya menjadi hal yang biasa untuk melakukan hal tersebut (berkuasa dan bersikap semena-mena di rumah).
Masalah pada sang ibu, yakni sikap superioritas atau selalu melakukan berbagai macam tugas pria (melindungi anak laki-lakinya, bekerja di luar rumah), memang sebenarnya wajar saja jika ia melakukan hal demikian untuk menutupi sikap inferiornya (kebiasaan yang salah atau rendah diri) akan tetapi jika dibiarkan maka akan menjadi keluarga yang kurang teratur atau tetap pada tujuan yang salah.
Maka konselor membantu keluarga terlebih pada masing-masing anggota keluarga tersebut dalam menetapkan tujuan hidup yang sebelumnya terjadi kesenjangan pembagian tugas rumah.
Di akhir film menceritakan sang istri bermimpi bahwa keluarganya sangat teratur dan terorganisir dalam pembagian tugas rumah, sang suami menjadi peduli dan membantu pekerjaan rumahnya. Begitu pula kedua anaknya yang saling bantu-membantu. Konselor mendiagnosis mimpi tersebut, yang sebenarnya ingin di aplikasikan oleh keduanya, akan tetapi karena kebiasaan yang sudah tertempel maka keluarga tersebut sulit untuk melakukan perubahan. Maka diupayakan agar konselor terlebih melakukan hal tersebut pada sang ayah, yakni melakukan teknik analisis mimpi, agar bisa memperkirakan tujuan hidupnya terutama pada keluarganya, sehingga nantinya sikap sang ayah akan berubah menjadi sesuai dengan apa yang diharapkan oleh istrinya terutama berubah dalam kepekaan terhadap orang lain juga memahami bahwa gaya hidupnya itu salah (mengurangi intensitas perasaan inferior). Dan tak lupa pada istrinya, agar mengurangi sikap superior masculine protest, juga mengurangi sikap inferior yang menjadikannya rendah diri sehingga bersikap superior, mengubah kebiasaan hidupnya yang salah. Konselor diupayakan agar membuat mimpi tersebut menjadi kenyataan dan sesuai harapan keluarga tersebut, berupa menuntun mereka ke jalan keluar yang disetujui bersama.

Tugas Besar ICT

Holaaa, ini link Tugas Besar ICT 2018 saya. Boleh disimak, tapi jangan dicopas:) terimakasih TubesICT_Novia Fauziyah KS_F7